CARA MENGETAHUI TURUNNYA MALAM
LAILATUL QODAR
SEKILAS KAJIAN TENTANG LAILATUL QODAR DAN CARA
MENGETAHUI TURUNNYA MALAM LAILATUL QODAR
MENURUT HARI AWAL MASUKNYA BULAN ROMADHON
Alloh azza wa jalla berfirman ;
( ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَٰﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ ﺇِﻧَّﺎ ﺃَﻧْﺰَﻟْﻨَﺎﻩُ ﻓِﻲ ﻟَﻴْﻠَﺔِ ﺍﻟْﻘَﺪْﺭِ ) [Surat Al-Qadr : 1]
" Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada
malam kemuliaan ."
( ﻭَﻣَﺎ ﺃَﺩْﺭَﺍﻙَ ﻣَﺎ ﻟَﻴْﻠَﺔُ ﺍﻟْﻘَﺪْﺭِ ) [Surat Al-Qadr : 2]
" Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu ? "
( ﻟَﻴْﻠَﺔُ ﺍﻟْﻘَﺪْﺭِ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦْ ﺃَﻟْﻒِ ﺷَﻬْﺮٍ ) [Surat Al-Qadr : 3]
" Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan ."
( ﺗَﻨَﺰَّﻝُ ﺍﻟْﻤَﻠَﺎﺋِﻜَﺔُ ﻭَﺍﻟﺮُّﻭﺡُ ﻓِﻴﻬَﺎ ﺑِﺈِﺫْﻥِ ﺭَﺑِّﻬِﻢْ ﻣِﻦْ ﻛُﻞِّ ﺃَﻣْﺮٍ ) [Surat Al-Qadr : 4]
" Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril
dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan ."
( ﺳَﻠَﺎﻡٌ ﻫِﻲَ ﺣَﺘَّﻰٰ ﻣَﻄْﻠَﻊِ ﺍﻟْﻔَﺠْﺮِ ) [Surat Al-Qadr : 5]
" Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar ."
Malam lailatul qodar adalah suatu malam yang sangat agung,
yang keagungannya lebih mulia daripada 1000 bulan, dan ini
hanya ada dibulan Romadhon saja malam mulia itu dapat kita
jumpai, yang mana kesempatan itu hanya satu tahun sekali
terjadi. Dan ini adalah salah satu anugerah terbesar bagi kita
selaku ummat Nabi Muhammad SAW, yang Alloh meridhoinya
dalam naungan dinul Islam.
Pada malam lailatul qodar ini sebagian dari rahasia alam
malakut terbuka. Sebagian dari tanda-tandanya dapat
disaksikan ataupun dirasakan kehadirannya, terlebih bagi yang
mendapatkan fadhol Alloh sehingga dapat melihat isyarat-
isyarat itu dengan jelas. Sebagaimana yang di katakan oleh
Imam Al-Ghozali dalam kitab Ihya' Ulumiddin nya, Hal. 236,
ketika menguak rahasia yang tersembunyi pada ayat pertama
dari Suroh Al-Qodar ;
ﻭﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﻘﺪﺭ ﻋﺒﺎﺭﺓ ﻋﻦ ﺍﻟﻠﻴﻠﺔ ﺍﻟﺘﻰ ﻳﻨﻜﺸﻒ ﻓﻴﻬﺎ ﺷﻴﺊ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﻠﻜﻮﺕ ﻭﻫﻮ ﺍﻟﻤﺮﺍﺩ
ﺑﻘﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ — ﺇﻧﺎ ﺍﻧﺰﻟﻨﺎﻩ ﻓﻲ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﻘﺪﺭ .
" Dan malam lailatul qodar itu, adalah malam yang terbuka
padanya sesuatu dari alam malakut, dan inilah yang dimaksud
pada firman Alloh, " Sesungguhnya Kami telah
menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan ."
Apa yang dikatakan oleh Imam Al-Ghozali diatas adalah
bentuk isyarat dari Hadist Nabi SAW ;
ﺍﺑﻮﺍﺏ ﺍﻟﺴﻤﻮﺍﺕ ﻣﻔﺘﻮﺣﺔ ﻓﻲ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﻘﺪﺭ ﻣﺎ ﻣﻦ ﻋﺒﺪ ﻳﺼﻠﻰ ﻓﻴﻬﺎ ﺍﻻ ﺟﻌﻞ ﺍﻟﻠﻪ
ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻟﻪ ﺑﻜﻞ ﺗﻜﺒﻴﺮﺓ ﻏﺮﺱ ﺷﺠﺮﺓ ﻓﻰ ﺍﻟﺠﻨﺔ ﻟﻮ ﺳﺎﺭ ﺍﻟﺮﺍﻛﺐ ﻓﻲ ﻇﻠﻬﺎ ﻣﺎﺋﺔ ﻋﺎﻡ ﻻ
ﻳﻘﻄﻌﻬﺎ، ﻭﺑﻜﻞ ﺭﻛﻌﺔ ﺑﻴﺘﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﺠﻨﺔ ﻣﻦ ﺩﺭ ﻭﻳﺎﻗﻮﺕ ﻭﺯﺑﺮﺟﺪ ﻭﻟﺆﻟﺆ، ﻭﺑﻜﻞ ﺁﻳﺔ ﻣﻦ
ﻗﺮﺍﺀﺗﻪ ﻓﻰ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﺗﺎﺟﺎ ﻓﻰ ﺍﻟﺠﻨﺔ ﻭﺑﻜﻞ ﺟﻠﺴﺔ ﺩﺭﺟﺔ ﻣﻦ ﺩﺭﺟﺎﺕ ﺍﻟﺠﻨﺔ، ﻭﺑﻜﻞ
ﺗﺴﻠﻴﻤﺔ ﺣﻠﺔ ﻣﻦ ﺣﻠﻞ ﺍﻟﺠﻨﺔ .
" Pada malam lailatul qodar, pintu-pintu langit terbuka.
Tidak seorang sholat pada malam itu kecuali oleh Alloh di
anugerahi untuk tiap rokaat sebuah pohon di surga yang
apabila seorang berjalan dibawah bayangan pohon itu selama
seratus tahun maka tidak akan terputus bayangan itu dari
pandangannya, dan untuk setiap takbir akan dibangunkan
oleh Alloh sebuah rumah di surga dari bahan mutiara, yaqut,
zabarjad dan mutiara, dan untuk tiap-tiap yang dibaca dalam
sholatnya dibuatkan sebuah mahkota di surga, serta tiap kali
duduk dalam sholatnya satu derajat dari derajat-derajat di
surga, dan untuk tiap salam dibuatkan seperangkat pakaian
dari pakaian-pakaian surga ".
( keterangan hadist diatas saya nukil dari kitab Durrotun
Nashihin fi al-Wa'dzi wal Irsyad, Hal. 272. Karya Syaikh
Utsman bin Hasan bin Ahmad Syakir al Khoubawy, salah
seorang ulama yang hidup pada kurun 13 H . )
Terbukanya pintu-pintu langit inilah kiranya yang dimaksud
dari terbukanya alam malakut.
Adapun jatuhnya malam lailatul qodar pada masing-masing
daerah yang mengalami perbedaan waktu, maka lailatul qodar
ini berjalan memanjang seiring perbedaan mathla' dari
masing-masing daerah, sehingga terjadinya lailatul qodar
menurut malam masing-masing negara atau daerah yang
mempunyai keterpautan waktu yang sangat panjang dengan
daerah atau negara yang satu dengan yang lainnya.
Sebagaimana dalam kitab Nihayatul Muhtaj, juz 3, Hal. 214 -
215 diterangkan ;
ﺛﻢ ﻳﺤﺘﻤﻞ ﺍﻧﻬﺎ ﺗﻜﻮﻥ ﻋﻨﺪ ﻛﻞ ﻗﻮﻡ ﺑﺤﺴﺐ ﻟﻴﻠﻬﻢ ﻓﺎﺫﺍ ﻛﺎﻧﺖ ﻟﻴﻠﻪ ﺍﻟﻘﺪﺭ ﻋﻨﺪﻧﺎ ﻧﻬﺎﺭﺍ
ﻟﻐﻴﺮﻧﺎ ﺗﺄﺧﺮﺕ ﺍﻻﺟﺎﺑﺔ ﻭﺍﻟﺜﻮﺍﺏ ﺍﻟﻲ ﺍﻥ ﻳﺪﺧﻞ ﺍﻟﻠﻴﻞ ﻋﻨﺪﻫﻢ، ﻭﻳﺤﺘﻤﻞ ﻟﺰﻭﻣﻬﺎ ﻟﻮﻗﺖ
ﻭﺍﺣﺪ ﻭﺍﻥ ﻛﺎﻥ ﻧﻬﺎﺭﺍ ﺑﺎﻟﻨﺴﺒﺔ ﻟﻘﻮﻡ ﻭﻟﻴﻼ ﺑﺎﻟﻨﺴﺒﺔ ﺍﻻﺧﺮﻳﻦ ﻭﺍﻟﻈﺎﻫﺮ ﺍﻻﻭﻝ ﻟﻴﻨﻄﺒﻖ
ﻋﻠﻴﻪ ﻣﺴﻤﻰ ﺍﻟﻠﻴﻞ ﻋﻨﺪ ﻛﻞ ﻣﻨﻬﺎ ﺍﺧﺬﺍ ﻣﻤﺎ ﻗﻴﻞ ﻓﻲ ﺳﺎﻋﺔ ﺍﻻﺟﺎﺑﺔ ﻓﻲ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﺠﻤﻌﺔ
ﺍﻧﻬﺎ ﺗﺨﺘﻠﻒ ﺑﺎﺧﺘﻼﻑ ﺍﻭﻗﺎﺕ ﺍﻟﺨﻄﺐ .
Lantas berpotensi sekali terjadinya lailatul qodar pada masing-
masing bangsa sesuai malam yang dialami bangsa itu sendiri.
Maka jika terjadi lailatul qodar ditempat kita pada malam
harinya, maka selain daerah ( bangsa ) kita adalah waktu siang
hari sebagai penundaan waktu ( jatuhnya lailatul qodar ) dan
perolehan sampai masuknya waktu malam didaerah mereka .
Dan berpotensi pula penetapan lailatul qodar pada satu
waktu, jika waktu siang dinisbatkan pada satu bangsa dan
waktu malam pada bangsa lainnya, serta yang pertama kali
terlihat dapat berlaku pada daerah itu sebagai penyebutan
malam lailatul qodar dari tiap-tiap malam yang mereka
dapati. Dan dikatakan bahwa didalam waktu ijabah
( datangnya lailatul qodar ) yaitu pada hari jum'at , bahwa hal
itu berbeda-beda ( pada tiap bangsa ) disebabkan perbedaan
masa atau waktu yang berlaku .
Dalam masalah jatuhnya malam lailatul qodar, sebagian ulama
masih ikhtilaf, sebagaimana Syaikh Utsman bin Hasan bin
Ahmad Syakir menuturkan pada halaman 273 ;
ﻭﺍﺧﺘﻠﻔﻮﺍ ﻓﻲ ﻭﻗﺘﻬﺎ : ﻓﻘﺎﻝ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﺇﻧﻬﺎ ﻛﺎﻧﺖ ﻓﻲ ﻋﻬﺪ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺛﻢ ﺭﻓﻌﺖ.
ﻭﺫﻫﺐ ﻋﺎﻣﺔ ﺍﻟﻤﺸﺎﻳﺦ ﺍﻟﻰ ﺍﻧﻬﺎ ﺑﺎﻗﻴﺔ ﺍﻟﻰ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ. ﻭﺍﺧﺘﻠﻔﻮﺍ ﻓﻰ ﺗﻠﻚ ﺍﻟﻠﻴﻠﺔ :
ﻓﻘﺎﻝ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﺍﻭﻝ ﻟﻴﻠﺔ ﻣﻦ ﺭﻣﻀﺎﻥ. ﻭﻗﺎﻝ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﻟﻴﻠﺔ ﺳﺒﻌﺔ ﻋﺸﺮ. ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻻﻛﺜﺮ ﻓﻲ
ﺍﻟﻌﺸﺮ ﺍﻷﺧﻴﺮ ﻣﻦ ﺭﻣﻀﺎﻥ . ﻭﺍﺗﻔﻖ ﻋﺎﻣﺔ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﻭﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﻋﻠﻰ ﺍﻧﻬﺎ ﻟﻴﻠﺔ ﺳﺒﻊ
ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﻣﻦ ﺭﻣﻀﺎﻥ .
" Para ulama berselisih pendapat tentang waktunya. Sebagian
berkata bahwa lailatul qodar hanya terjadi dimasa hidup
Rosululloh saja. Dan sebagian yang lain berkata bahwa lailatul
qodar tetap ada sampai hari kiamat. Dan berselisih pula para
ulama tentang tanggalnya, sebagian berkata bahwa malam
pertama bulan Romadhon, sebagian lain berpendapat malam
tanggal 17 Romadhon, dan golongan terbanyak berpendapat
diantara malam-malam sepuluh terakhir dari bulan
Romadhon, dan bahkan ada yang memastikan tanggal 27
bulan Romadhon ."
Adapun cara mengetahui jatuhnya malam lailatul qodar, jika
kita mengacu pada apa yang di katakan Imam Al-Ghozali
bahwa lailatul qodar adalah malam yang terbuka padanya
sesuatu dari alam malakut, maka tidak bisa tidak, hanya
golongan Ulama yang khowas atau ahlut tamkin saja yaitu
orang-orang yang sudah mapan dalam maqom haqiqot dan
makrifat billah yang mampu dengan karunia Alloh melihat
rahasia-rahasia alam malakut, terutama sekali waktu dan
tanggal akan jatuhnya malam lailatul qodar dari tiap-tiap
masa.
Sebagai solusi dari perbedaan diatas, saya menukil perkataan
Al-Quthb al-Ghouts Sulthonul Auliya' As-Syaikh Abul Hasan
Asy-Syadzili r.a sebagaimana yang tertulis dalam kitab
Manaqibus Syaikh Abul Hasan Asy-Syadzili al waliy al quthb al
ghouts , halaman 47 — yang disusun oleh KHR. Muhaiminan
Gunardo Parakan-Temanggung, yang merupakan nukilan
beliau dari berbagai referensi kitab seperti Mafakhirul Alygoh
fi ma'atsiris Syadziliyyah, Thobaqotul Auliya lil Imam Abdul
Wahab Asy-Sya'roni, An-Nurul Jali fi Manaqibisy Syaikh Abil
Hasan Asy-Syadzili , waghoiru dzalik. Dimana dalam Hal. 47
tersebut dituturkan ;
" Syaikh Abil Hasan Asy-Syadzili selalu mengerti ( melihat )
lailatul qodar mulai baligh sampai wafat. Sehingga beliau bisa
berkata ;
* Apabila puasa dimulai hari Ahad, maka lailatul qodar jatuh
pada malam tanggal 29.
* Apabila puasa dimulai hari Senin, maka lailatul qodar jatuh
pada malam tanggal 21.
* Apabila puasa dimulai hari selasa, maka lailatul qodar jatuh
pada malam tanggal 27.
* Apabila puasa dimulai hari Rabu, maka lailatul qodar jatuh
pada malam tanggal 19.
* Apabila puasa dimulai hari Kamis, maka lailatul qodar jatuh
pada malam tanggal 25.
* Apabila puasa dimulai hari Jum'at, maka lailatul qodar
jatuh pada malam tanggal 17.
* Apabila puasa dimulai hari Sabtu, maka lailatul qodar jatuh
pada malam tanggal 23.
Ini adalah persaksian dari golongan kaum muqorrobin dan
'arifin yang dianugerahi oleh Alloh kemampuan yang luar
biasa sehingga dapat menyaksikan secara langsung rahasia dan
isyarat-isyarat yang terdapat pada malam 1000 bulan ini.
Adapun pendapat yang mengatakan bahwa jatuhnya malam
lailatul qodar ada pada malam-malam sepuluh akhir bulan
Romadhon, hal ini dapat dibenarkan jika melihat banyaknya
tanggal-tanggal ganjil yang jatuh pada malam-malam tersebut
dari mulai tanggal 21, 23, 25, 25, 27 dan 29. Akan tetapi jika
melihat nuzulul Quran yang Alloh turunkan pada malam
lailatul qodar bertepatan pada tanggal 17 Romadhon, maka
bisa dibenarkan juga dikarenakan tanggal 17 Romadhon
adalah tonggak awal pertama kali Al-Quran diturunkan
bersamaan dengan moment jatuhnya malam lailatul qodar.
Sebagaimana ayat :
( ﺷَﻬْﺮُ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺃُﻧْﺰِﻝَ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥُ ﻫُﺪًﻯ ﻟِﻠﻨَّﺎﺱِ ﻭَﺑَﻴِّﻨَﺎﺕٍ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻬُﺪَﻯٰ ﻭَﺍﻟْﻔُﺮْﻗَﺎﻥِ ۚ ﻓَﻤَﻦْ
ﺷَﻬِﺪَ ﻣِﻨْﻜُﻢُ ﺍﻟﺸَّﻬْﺮَ ﻓَﻠْﻴَﺼُﻤْﻪُ ۖ ﻭَﻣَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻣَﺮِﻳﻀًﺎ ﺃَﻭْ ﻋَﻠَﻰٰ ﺳَﻔَﺮٍ ﻓَﻌِﺪَّﺓٌ ﻣِﻦْ ﺃَﻳَّﺎﻡٍ ﺃُﺧَﺮَ ۗ
ﻳُﺮِﻳﺪُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑِﻜُﻢُ ﺍﻟْﻴُﺴْﺮَ ﻭَﻟَﺎ ﻳُﺮِﻳﺪُ ﺑِﻜُﻢُ ﺍﻟْﻌُﺴْﺮَ ﻭَﻟِﺘُﻜْﻤِﻠُﻮﺍ ﺍﻟْﻌِﺪَّﺓَ ﻭَﻟِﺘُﻜَﺒِّﺮُﻭﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻋَﻠَﻰٰ ﻣَﺎ
ﻫَﺪَﺍﻛُﻢْ ﻭَﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗَﺸْﻜُﺮُﻭﻥَ ) [Surat Al-Baqara : 185]
" ( Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan,
bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran
sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di
negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya
berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-
hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan
tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu
mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, supaya kamu bersyukur ."
Banyak sekali pendapat-pendapat yang memperkuat bahwa
Al-Quran diturunkan pada tanggal 17 Romadhon. Disini saya
cukupkan dua kitab saja sebagai ta'bir diatas ;
(1). Al-Qostholani, juz 7, Hal. 8 ;
ﻭﻓﻰ ﻗﻮﻝ ﺣﻜﺎﻩ ﺍﻟﻘﺮﻃﺒﻰ ﻓﻰ ﺍﻟﻤﻔﻬﻢ ﺍﻧﻬﺎ ﻟﻴﻠﺔ ﻧﺼﻒ ﺷﻌﺒﺎﻥ ﺍﻭ ﻫﻲ ﻟﻴﻠﺔ ﺳﺒﻊ
ﻋﺸﺮﺓ ﻣﻦ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻦ ﺍﺑﻲ ﺷﻴﺒﺔ ﻭﺍﻟﻄﺒﺮﺍﻧﻰ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺯﻳﺪ ﺍﺑﻦ ﺍﺭﻗﺎﻡ .
Dan didalam satu qoul, Al-Qurthubi menceritakan didalam
kitab Al-Mufhim bahwa turunnya malam nuzulul Quran
adalah malam nisfu sya'ban atau ia diturunkan pada malam
17 dari bulan Romadhon. Ibnu Abi Syaibah dan At-Thobroni
meriwayatkan dari hadist Zaid bin Arqom .
(2). Al-anwarul Muhammadiyyah, Hal. 38
ﻭﻟﻤﺎ ﺑﻠﻎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺍﺭﺑﻌﻴﻦ ﺳﻨﺔ ﺑﻌﺜﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺭﺣﻤﺔ
ﻟﻠﻌﺎﻟﻤﻴﻦ ﻭﺭﺳﻮﻻ ﺍﻟﻰ ﻛﺎﻓﺔ ﺍﻟﺜﻘﻠﻴﻦ ﻭﻛﺎﻥ ﺫﻟﻚ ﻳﻮﻡ ﺍﻻﺛﻨﻴﻦ ﻟﺴﺒﻊ ﻋﺸﺮﺓ ﺧﻠﺖ ﻣﻦ
ﺭﻣﻀﺎﻥ ﻓﻜﺎﻥ ﻣﻦ ﻧﺰﻭﻝ ﺍﻗﺮﺍﺀ .
Dan ketika Rosululloh SAW sampai pada usia 40 tahun, maka
Alloh SWT mengutusnya sebagai pembawa rohmat bagi
seluruh alam dan selaku Rosul bagi segenap tanggung jawab
yang diembannya dan hal tersebut terjadi hari Senin pada
tanggal 17 bulan Romadhon dan hari itu menjadi moment
dari turunnya suroh Iqro' ( Al-Alaq ).
Mudah-mudahan bermanfaat.
Pada dasarnya Rasulullah Muhammad
saw. banyak beribadah Qiyamu Ramadhan dan
menganjurkan mencari Lailatul Qadar pada
sepuluh malam terakhir di bulan yang pada
sepuluh pertamanya adalah rahmat, sepuluh
tengahnya adalah ampunan dan sepuluh
akhirnya adalah bebas dari neraka. Walaupun
hakikatnya tidak ada yang mengetahui secara
pasti kapan terjadinya Lailatul Qadar, kecuali
Allah swt.
Hanya saja, Rasulullah saw. mengisyaratkan
dalam sabdanya:
ﺗَﺤَﺮَّﻭْﺍ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﻘﺪﺭ ﻓﻲ ﺍﻟﻌﺸﺮ ﺍﻷﻭﺍﺧﺮ ﻣﻦ
ﺭﻣﻀﺎﻥ
“Carilah Lailatul Qadar itu pada sepuluh hari
terakhir Ramadhan. ” (Bukhari dan Muslim)
Dalam kitab Shahih Al-Bukhari dan Shahih
Muslim disebutkan, dari Aisyah rah., ia berkata:
ﻛَﺎﻥَ ﺭَﺳُﻮْﻝُ
ﺍﻟﻠﻪ ﺇِﺫَﺍ ﺩَﺧَﻞَ
ﺍﻟﻌَﺸْﺮُ ﺷَﺪَّ
ﻣِﺌْﺰَﺭَﻩُ ﻭَﺃَﺣْﻴَﺎ
ﻟَﻴْﻠَﻪُ، ﻭَﺃَﻳْﻘَﻆَ
ﺃَﻫْﻠَﻪُ ﻫﺬﺍ ﻟﻔﻆ
ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ
“Bila masuk sepuluh hari terakhir bulan
Ramadhan, Rasulullah saw. mengencangkan
kainnya (menjauhkan diri dari menggauli
isterinya), menghidupkan malamnya dan
membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Dalam riwayat lain, Imam Muslim meriwayatkan
dari Aisyah rah. :
ﻛَﺎﻥَ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻳَﺠْﺘَﻬِﺪُ ﻓِﻲْ ﺍﻟﻌَﺸْﺮِ ﺍﻷَﻭَﺍﺧِﺮِ ﻣَﺎﻻَ
ﻳَﺠْﺘَﻬِﺪُ ﻓِﻲْ ﻏَﻴْﺮِﻩِ ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ
“Rasulullah saw. bersungguh-sungguh dalam
sepuluh hari akhir bulan Ramadhan, hal yang
tidak beliau lakukan pada bulan lainnya.” (HR.
Muslim)
Dalam Shahihain disebutkan, dari Aisyah rah. :
ﺃَﻥَّ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲَّ ﻛَﺎﻥَ ﻳَﻌْﺘَﻜِﻒُ ﺍﻟﻌَﺸْﺮَ ﺍﻷَﻭَﺍﺧِﺮَ ﻣِﻦْ
ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ ﺣَﺘَّﻰ ﺗَﻮَﻓَّﺎﻩُ ﺍﻟﻠﻪ
“Bahwasanya Nabi saw. senantiasa beri’tikaf
pada sepuluh hari terakhir dari Ramadhan,
sampai Allah mewafatkan beliau.” (HR. Bukhari
dan Muslim)
Lebih khusus lagi, adalah malam-malam ganjil
sebagaimana sabda beliau:
ﺗَﺤَﺮَّﻭْﺍ ﻟَﻴْﻠَﺔَ ﺍﻟْﻘَﺪْﺭِﻓِﻲ ﺍﻟْﻮِﺗْﺮِﻣِﻦَ
ﺍﻟْﻌَﺸْﺮِﺍﻟْﺄَﻭَﺍﺧِﺮِﻣِﻦْ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ
“Carilah Lailatul Qadar itu pada malam-malam
ganjil dari sepuluh hari terakhir (bulan
Ramadhan)”. (HR. Bukhari)
Dan lebih khusus lagi adalah malam-
malam ganjil pada rentang tujuh hari terakhir
dari bulan tersebut. Beberapa shahabat Nabi
pernah bermimpi bahwa Lailatul Qadar tiba di
tujuh hari terakhir. Maka Rasulullah bersabda :
ﺃَﺭَﻯ ﺭُﺅْﻳَﺎﻛُﻢْ ﻗَﺪْ ﺗَﻮَﺍﻃَﺄَﺕْ ﻓِﻲ ﺍﻟﺴَّﺒْﻊِ ﺍﻟْﺄَﻭَﺍﺧِﺮِ
ﻓَﻤَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻣُﺘَﺤَﺮِّﻳﻬَﺎ ﻓَﻠْﻴَﺘَﺤَﺮَّﻫَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟﺴَّﺒْﻊِ
ﺍﻟْﺄَﻭَﺍﺧِﺮِ
“Aku juga bermimpi sama sebagaimana mimpi kalian bahwa
Lailatul Qadar pada tujuh hari terakhir, barangsiapa yang
berupaya untuk mencarinya, maka hendaknya dia mencarinya
pada tujuh hari terakhir. ” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat Muslim dengan lafazh:
ﺍﻟْﺘَﻤِﺴُﻮﻫَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻌَﺸْﺮِ ﺍﻟْﺄَﻭَﺍﺧِﺮِ ﻳَﻌْﻨِﻲ ﻟَﻴْﻠَﺔَ
ﺍﻟْﻘَﺪْﺭِ ﻓَﺈِﻥْ ﺿَﻌُﻒَ ﺃَﺣَﺪُﻛُﻢْ ﺃَﻭْ ﻋَﺠَﺰَ ﻓَﻠَﺎ ﻳُﻐْﻠَﺒَﻦَّ
ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﺴَّﺒْﻊِ ﺍﻟْﺒَﻮَﺍﻗِﻲ
“Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh hari
terakhir, jika salah seorang dari kalian merasa
lemah atau tidak mampu, maka janganlah
sampai terlewatkan tujuh hari yang tersisa dari
bulan Ramadhan. ” (HR. Muslim)
Yang lebih khusus lagi adalah malam 27
sebagaimana sabda Nabi tentang Lailatul Qadar :
ﻟَﻴْﻠَﺔُ ﺳَﺒْﻊ ﻭَﻋِﺸْﺮِﻳْﻦَ
“(Dia adalah) malam ke-27. ” (HR. Abu Dawud).
Sahabat Ubay bin Ka’ab ra. menegaskan:
ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺇﻧﻲ ﻷﻋﻠﻤﻬﺎ ﻭﺃﻛﺜﺮ ﻋﻠﻤﻲ ﻫﻲ ﺍﻟﻠﻴﻠﺔ
ﺍﻟﺘﻲ ﺃﻣﺮﻧﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ
ﻭﺳﻠﻢ ﺑﻘﻴﺎﻣﻬﺎ ﻫﻲ ﻟﻴﻠﺔ ﺳﺒﻊ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ
Demi Allah, sungguh aku mengetahui malam (Lailatul Qadar)
tersebut. Puncak ilmuku bahwa malam tersebut adalah malam
yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan
kami untuk menegakkan shalat padanya, yaitu malam ke-27.
(HR. Muslim)
Dengan demikian dapat diberi
kesimpulan bahwa Lailatul Qadar itu ada pada
sepuluh akhir Ramadhan, terutama pada malam
tanggal ganjil.
Dalam hadits Abu Dzar disebutkan:
ﺃَﻧَّﻪُ ﻗَﺎﻡَ ﺑِﻬِﻢْ ﻟَﻴْﻠَﺔَ ﺛَﻼَﺙٍ ﻭَﻋِﺸْﺮِﻳْﻦَ، ﻭَﺧَﻤْﺲٍ
ﻭَﻋِﺸْﺮِﻳْﻦَ، ﻭَﺳَﺒْﻊٍ ﻭَﻋِﺸْﺮِﻳْﻦَ، ﻭَﺫَﻛَﺮَ ﺃَﻧَّﻪُ ﺩَﻋَﺎ
ﺃَﻫْﻠَﻪُ ﻭَﻧِﺴَﺎﺀَﻩُ ﻟَﻴْﻠَﺔَ ﺳَﺒْﻊٍ ﻭَﻋِﺸْﺮِﻳْﻦَ ﺧَﺎﺻَّﺔً
“Bahwasanya Rasulullah melakukan shalat
bersama mereka (para sahabat) pada malam dua
puluh tiga (23), dua puluh lima (25), dan dua
puluh tujuh (27) dan disebutkan bahwasanya
beliau mengajak shalat keluarga dan isteri-
isterinya pada malam dua puluh tujuh (27).”
Para ulama kemudian berusaha meneliti
pengalaman mereka dalam menemukan Lailatul
Qadar, dan di antara ulama yang tegas
mengatakan bahwa ada kaidah atau formula
untuk mengetahui itu adalah Imam Abu Hamid
Al-Ghazali (450 H- 505 H) dan Imam Abu Hasan
as-Syadzili. Bahkan dinyatakan dalam sebuah
tafsir surat al-Qadr, bahwa Abu Hasan semenjak
baligh selalu mendapatkan Lailatul Qadar dan
menyesuaikan dengan kaidah ini.
Menurut Imam Al Ghazali, Cara Untuk
mengetahui Lailatul Qadar bisa dilihat dari
permulaan atau malam pertama bulan
Ramadhan :
1.) Jika hari pertama jatuh pada malam Ahad
atau Rabu maka Lailatul Qadar jatuh pada
malam tanggal 29 Ramadhan
2.) Jika malam pertama jatuh pada malam Senin
maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 21
Ramadhan
3.) Jika malam pertama jatuh pada malam Kamis
maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 25
Ramadhan
4.) Jika malam pertama jatuh pada malam Sabtu
maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 23
Ramadhan
5.) Jika malam pertama jatuh pada malam Selasa
atau Jumat maka Lailatul Qadar jatuh pada
malam 27 Ramadhan.
Kaidah ini tercantum dalam kitab-kitab
para ulama termasuk dalam kitab-kitab fiqih
Syafi’iyyah. Rumus ini teruji dari kebiasaan para
tokoh ulama yang telah menemui Lailatul Qadar.
Formula ini diceritakan Al-Ghazali dalam kitab
Ihya Ulumuddin; juga terdapat dalam kitab
Hasyiah Sulaiman Al Kurdi juz hal 188; kitab
Tafsir Shawi; kitab I’anah at-Thalibin II/257;
Syaikh Ibrahim al Bajuri dalam Kitabnya
Hasyiah 'Ala Ibn Qasim Al Ghazi juz I halaman
304; as Sayyid al Bakri dalam Kitabnya I'anatuth
Thalibin Juz II halaman 257-258; juga kitab
Mathla`ul Badrain karangan Syaikh Muhammad
bin Ismail Daud al-Fathoni.
Ciri-Ciri Lailatul Qadar
Tidak ada kepastian mengenai kapan
datangnya Lailatul Qadar, suatu malam yang
dikisahkan dalam Al-Qur’an "lebih baik dari
seribu bulan". Ada Hadits yang diriwayatkan
Abu Dawud, meyebutkan bahwa Nabi pernah
ditanya tentang Lailatul Qadar. Beliau
menjawab: “Lailatul Qadar ada pada setiap
bulan Ramadhan." (HR. Abu Dawud).
Namun menurut hadits lainnya yang
diriwayatkan Aisyah rah., Nabi Muhammad saw.
memerintahkan:
ﺗَﺤَﺮَّﻭْﺍ ﻟَﻴْﻠَﺔَ ﺍﻟْﻘَﺪْﺭِ ﻓِﻲْ ﺍﻟْﻮِﺗْﺮِ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻌَﺸْﺮِ
ﺍﻟْﺄَﻭَﺍﺧِﺮِ ﻣِﻦْ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ
Carilah Lailatul Qadar itu pada tanggal ganjil
dari sepuluh terakhir pada bulan Ramadhan.
(HR. Bukhari)
Menurut pendapat yang lain, Lailatul
Qadal itu terjadi pada 17 Ramadhan, 21
Ramadhan, 24 Ramadhan, tanggal ganjil pada 10
akhir Ramadhan dan lain-lain.
Diantara hikmah tidak diberitahukannya
tanggal yang pasti tentang Lailatul Qadar adalah
untuk memotivasi umat agar terus beribadah,
mencari rahmat dan ridha Allah kapan saja dan
dimana saja, tanpa harus terpaku pada satu hari
saja.
Jika malam Lailatul Qadar ini
diberitahukan tanggal kepastiannya, maka orang
akan beribadah sebanyak-banyaknya hanya
pada tanggal tersebut dan tidak giat lagi
beribadah ketika tanggal tersebut sudah lewat.
Umat Islam hanya ditunjukkan tanda-tanda
kehadirannya. Di antara tanda-tanda datangnya
Lailatul Qadar adalah:
1.) Pada hari itu matahari bersinar tidak terlalu
panas dengan cuaca sangat sejuk, sebagaimana
hadits riwayat Imam Muslim.
2.) Pada malam harinya langit nampak bersih,
tidak nampak awan sedikit pun, suasana tenang
dan sunyi, tidak dingin dan tidak panas. Hal ini
berdasarkan hadits riwayat Imam Ahmad.
Dalam kitab Mu'jam at- Thabari al-Kabir
disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda:
"Malam Lailatul Qadar itu langit bersih, udara
tidak dingin atau panas, langit tidak berawan,
tidak ada hujan, bintang tidak nampak dan pada
siang harinya matahari bersinar tidak begitu
panas."
Amalan-amalan untuk Mendapatkan Lailatul
Qadar
Para ulama kita mengajarkan, agar
mendapatkan keutamaan Lailatul Qadar, maka
hendaknya kita memperbanyak ibadah selama
bulan Ramadhan, diantaranya:
1.) Senantiasa shalat fardhu lima waktu
berjama'ah.
2.) Mendirikan shalat malam atau qiyamul lail
(shalat tarawih, tahajud, dll)
3.) Membaca Al-Qur'an sebanyak-banyaknya
dengan tartil.
4.) Memperbanyak dzikir, istighfar dan berdoa.
5.) Memperbanyak membaca do’a:
ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺇﻧَّﻚَ ﻋَﻔُﻮٌّ ﻛَﺮِﻳْﻢٌ ﺗُﺤِﺐُّ ﺍﻟْﻌَﻔْﻮَ ﻓﺎَﻋْﻒُ ﻋَﻨَّﺎ
Ya Allah, Sesungguhnya Engkau Dzat Maha
Pengampun lagi Maha Pemurah, senang pada
ampunan, maka ampunilah kami, wahai Dzat
yang Maha Pemurah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar