Sabtu, 24 Oktober 2015

Detik detik menjelang kewafatan rasulullah saw

MENJEMPUT KEMATIAN DENGAN HUSNUL
KHOTIMAH
Detik Menjelang Wafatnya Baginda Rasul SAW
Pada saat tanda-tanda sakit mulai terlihat pada
diri Rasulullah saw, beliau bersabda, "Aku ingin
mengunjungi syuhada perang Uhud." Beliau
berangkat dan berdiri di atas kubur mereka dan
berkata, “Assalamu'alaikum wahai syuhada Uhud,
kalian adalah orang-orang yang mendahului, kami,
insya Allah, akan menyusul kalian dan aku pun
insya Allah akan menyusul kalian."
Pulang dari sana Rasulullah saw menangis,
mereka bertanya, "Apa yang membuatmu
menangis ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Aku
rindu kepada saudara-saudaraku." Mereka
berkata, "Bukankah kami adalah saudara-saudara
mu ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Bukan,
kalian adalah sahabat-sahabatku. Adapun
saudara-saudaraku, maka mereka adalah kaum
yang datang sesudahku, mereka beriman
kepadaku dan tidak melihatku."
Tiga hari sebelum wafat, sakit beliau mulai
menguat. Waktu itu beliau menginap di rumah
Maemunah, beliau bersabda, "Kumpulkan istri-
istriku." Para istri berkumpul. Nabi saw bertanya
kepada mereka, "Apakah kalian mengizinkanku
menginap di rumah Aisyah?" Mereka menjawab,
"Kami mengizinkanmu ya Rasulullah." Beliau
hendak bangkit, tetapi tidak mampu. Maka
datanglah Ali bin Abu Thalib dan Fadhl bin Abbas
memapah Rasulullah dari rumah Maemunah ke
rumah Aisyah.
Untuk pertama kali para sahabat melihat Nabi
saw dipapah. Mereka berkumpul dan bertanya-
tanya, "Ada apa dengan Rasulullah, ada apa
dengan Rasulullah?" Orang-orang mulai
berkumpul di masjid. Dan masjid pun penuh
dengan para sahabat.
Nabi saw dibawa ke rumah Aisyah, beliau mulai
berkeringat dan berkeringat. Aisyah berkata, "Aku
belum pernah seumur-umur melihat orang
berkeringat sederas ini." Lalu Aisyah memegang
tangan Rasulullah dan mengusap keringat
dengan tangan itu. Mengapa dengan tangan
Rasulullah saw dan bukan dengan tangannya
sendiri? Aisyah menjelaskan, "Tangan Rasulullah
saw lebih baik dan lebih mulia dari tanganku.
Karena itu aku mengusap keringatnya dengan
tangannya dan bukan dengan tanganku." Ini
merupakan penghormatan kepada Nabi saw.
Aisyah berkata, aku mendengarnya berkata, “La
ilaha illallah, kematian mempunyai sekarat. La
ilaha illallah, kematian mempunyai sekarat."
Terdengar suara gaduh dari masjid. Nabi saw
bertanya, "Ada apa?" Aisyah menjawab, "Orang-
orang mengkhawatirkanmu ya Rasulullah." Nabi
saw berkata, "Bawalah aku kepada mereka."
Beliau hendak berdiri tetapi tidak bisa, maka
beliau disiram air tujuh kali agar sadar,
selanjutnya beliau dibawa ke masjid ke atas
mimbar. Inilah khutbah terakhir di mana beliau
berkata, "Wahai manusia sepertinya kalian
mengkhawatirkanku." Mereka menjawab, "Benar
ya Rasulullah." Rasulullah saw bersabda, "Wahai
manusia, dunia bukanlah pertemuan kalian
denganku akan tetapi pertemuan kalian denganku
adalah di telaga. Demi Allah seolah-olah diriku
melihatnya dari tempat ini. wahai manusia, demi
Allah bukan kemiskinan yang aku takutkan atas
kalian, akan tetapi yang aku takutkan atas kalian
adalah dunia. Kalian berlomba-lomba padanya
sebagaimana orang-orang sebelum kalian juga
berlomba-lomba padanya. Maka ia
membinasakan kalian seperti ia telah
membinasakan mereka."
Beliau melanjutkan, "Wahai manusia bertakwalah
kepada Allah pada wanita aku mewasiatkan agar
kalian berbaik-baik kepada wanita." Kemudian
beliau melanjutkan, "Wahai manusia
sesungguhnya seorang hamba diberi pilihan oleh
Allah antara dunia dan apa yang ada di sisiNya
maka dia memilih apa yang ada di sisiNya." Tidak
seorang pun yang mengerti siapa hamba
tersebut, padahal maksud Nabi saw adalah
dirinya sendiri, kecuali Abu Bakar. Ketika Abu
Bakar mendengar ucapan Rasulullah saw, dia
tidak mampu menahan dirinya, tangisannya
terdengar di seluruh masjid, dia memotong
ucapan Rasulullah saw, "Ya Rasulullah, kami
mengorbankan bapak-bapak kami untukmu, ya
Rasulullah kami mengorbankan ibu-ibu kami
untukmu, ya Rasulullah kami mengorbankan istri-
istri kami untukmu, ya Rasulullah kami
mengorbankan harta-harta kami untukmu." Abu
Bakar mengulang-ulang ucapannya. Maka orang-
orang melihatnya dengan kejengkelan, bagaimana
dia berani memotong pembicaraan Rasulullah
saw. Rasulullah saw meneruskan, "Wahai
manusia, tidak seorang pun dari kalian yang
memiliki jasa kepada kami kecuali kami telah
membalasnya, kecuali Abu Bakar, aku tidak
kuasa membalasnya, maka aku menyerahkannya
kepada Allah Taala. Semua pintu ke masjid
hendaknya ditutup kecuali pintu Abu Bakar, ia
tidak ditutup untuk selama-lamanya."
Beliau dipapah pulang ke rumah. Datanglah
Abdur Rahman bin Abu Bakar dengan siwak di
tangannya. Aisyah berkata, "Dari pandangan
kedua matanya aku mengerti bahwa beliau
menginginkan siwak. Maka aku mengambil siwak
dari tangan Abdur Rahman dan melunakkannya
terlebih dahulu dengan mulutku, seterusnya aku
berikan kepada Nabi saw. Jadi ludahku adalah
sesuatu yang paling terakhir yang masuk ke
dalam mulut Rasulullah saw."
Putri Rasulullah saw Fatimah datang, dia
menangis, dia menangis karena dia terbiasa
setiap kali datang kepada Nabi saw, Nabi saw
berdiri menyambutnya dan mencium keningnya,
akan tetapi kali ini Nabi saw tidak kuasa berdiri
untuknya. Rasulullah saw berkata kepada
Fatimah, "Mendekatlah kemari wahai Fatimah."
Rasulullah saw berbisik kepadanya di telinganya,
maka Fatimah menangis. Kemudian beliau
berkata kepadanya untuk kedua kalinya,
"Mendekatlah kemari ya Fatimah." Rasulullah
saw berbisik kepadanya dan Fatimah tertawa.
Setelah Rasulullah saw wafat, Fatimah ditanya
tentang hal itu, maka dia menjawab, beliau
berkata kepadaku, “Wahai Fatimah aku mati pada
malam ini.” Maka aku menangis. Kemudian
beliau berkata kepadaku, “Wahai Fatimah, kamu
adalah keluargaku pertama yang menyusulku.”
maka aku tertawa.
Lalu Nabi saw bersandar di dada Aisyah istrinya.
Aisyah berkata, beliau mengangkat tangannya
dan pandangannya ke langit, kedua bibirnya
bergerak, yang terdengar oleh Aisyah adalah,
“Bersama orang-orang yang telah diberi nikmat
oleh Allah dari kalangan para nabi, shiddiqin,
syuhada` dan shalihin, ya Allah ampunilah aku
dan rahmatilah aku, dan kembalikan aku kepada
ar-Rafiq al-A’la, ya Allah ar-Rafiq al-A’la.” Kata
terakhir terulang tiga kali dan tangannya luruh.
Beliau berpulang.
Peristiwa besar ini terjadi di waktu dhuha pada
hari Senin 12 Rabi’ul Awal tahun 11 H, usia
beliau pada saat itu enam puluh tiga tahun lebih
empat hari.
Anas berkata, “Aku tidak pernah melihat satu
hari pun yang lebih baik dan lebih bersinar
daripada hari kedatangan Rasulullah saw, dan
aku tidak melihat satu hari pun yang lebih buruk
dan lebih gelap daripada hari kematian Rasulullah
saw.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar