Minggu, 08 November 2015

Makna dan sejarah azimat darokah ya ahlal madinah

MAKNA DAN SEJARAH "AZIMAT"
DARKAH YAA AHLAL MADINAH - YA TARIIM WA
AHLAHAA....
PERNAH melihat logo isim seperti diatas ? Logo
isim yang sering dijumpai di berbagai majelis-
majelis ta’lim ataupun maulid. Ada yang
menggunakan logo ini di spanduk, umbul-umbul,
bendera, jaket, bahkan dalam bentuk stiker.
Logo apa itu…? Huruf ‘ ﺡ ’ ditengah dengan
ukuran yang cukup besar, kemudian di atasnya
bertuliskan “Darkaah Ya Ahlal Madinah”, di
bawahnya bertuliskan “Ya Tarim Wa Ahlaha”, di
samping kanannya bertuliskan lafzhul jalalah
yang berbunyi ﻳﺎ ﻓﺘﺎﺡ ”Ya Fattah” dan di samping
kirinya ﻳﺎ ﺭﺯﺍﻕ “Ya Rozzaaq”. Di atas huruf ‘ha’
bertuliskan angka 1030 dan di tengah huruf ‘ha’
bertuliskan angka 110.
Mengenai isim seperti itu dan yang semacamnya
maka hal itu merupakan tabarruk dan tawassul
kepada hal yang mulia.
Sedangkan isim di atas sendiri adalah tabarruk
dan tawassul kepada al Imam al Habib Abdullah
bin al Haddad, seorang Wali Quthb yang sangat
masyhur, cucu Rasulullah SAW dari Sayyidina
Husain bin Al Imam Amirul Mu’minin Ali bin Abi
Thalib, suami Sayyidah Fatimah Az Zahra binti
Rasulullah Muhammad SAW.
Beliau adalah penyusun Ratib al Haddad,
Wirdullathif yang banyak diamalkan oleh muslimin
di berbagai penjuru dunia, juga kitab Risalatul
Mu’awanah, Nashoihud Diniyah, dll.
Dijelaskan oleh Al Habib Munzir bin Fuad al
Musawwa, “Darkah ya ahlal madinah” maksudnya
adalah bertawassul pada shohibul Madinah yaitu
Rasulullah SAW. “Yaa Tarim wa ahlaha” adalah
tawassul kepada para shalihin dan lebih dari 10
ribu wali yang dimakamkan di pemakaman
Zanbal, Fureidh, dan Bakdar, yang pada
pekuburan Zanbal itu juga terdapat Ashabul
Badar utusan Sayyidina Abu Bakar Asshiddiq r.a.
yang wafat di sana. “110” melambangkan marga
Ibn Syeikh Abubakar bin salim Fakhrul Wujud
(dzuriyyah Rasulullah SAW). “1030”
melambangkan marga Al Habsyi (dzuriyyah
Rasulullah SAW).
Sesuai faham ahlussunnah wal jam’ah, azimat
(Ruqyat) dengan huruf arab merupakan hal yang
diperbolehkan, selama itu tidak menduakan Allah
SWT.
Sebagaimana dijelaskan bahwa azimat dengan
tulisan ayat atau doa disebutkan pada kitab
Faidhul Qadir Juz 3 hal 192, dan Tafsir Imam
Qurtubi Juz 10 hal. 316/317, dan masih banyak
lagi penjelasan para Muhadditsin mengenai
diperbolehkannya hal tersebut, karena itu
semata-mata adalah bertabarruk (mengambil
berkah) dari ayat-ayat Al Qur’an dan kalimat-
kalimat mulia lainnya.
Namun tentunya manfaat dan kemuliaannya
bukan pada tulisan dan stiker itu, tapi tergantung
pada penggunanya, dan bila anda ingin
menggunakannya maka boleh ditempel di pintu
atau lainnya sebagai tabarruk dengan nama
Imam Al Haddad rahimahullah.
Mengenai tawassul, Allah SWT sudah memerintah
kita melakukan tawassul. Tawassul adalah
mengambil perantara untuk doa kita kepada Allah
SWT. Baik itu dengan amal perbuatan, asma
Allah, ayat Al Qur’an, bacaan shalawat, dll.
SEJARAH TULISAN DARKAH
Wawancara bersama Habib Abu Bakar bin
Abdurrahman Al Haddad – Tanjung Gang 2 Kota
Malang Jawa Timur. Siapa sangka jika penyusun
dari Lambang Darkah ini berasal dari kota
Malang , beliau adalah Al Habib Abu Bakar bin
Abdurrahman Al Haddad. Lambang Huruf ‘ha’ di
tengah dengan ukuran yang cukup besar,
kemudian di atasnya bertuliskan “Darkaah Yaa
Ahlal Madiinah”, di bawahnya bertuliskan “Yaa
Tariim Wa Ahlahaa”, di samping kanannya
bertuliskan lafdzul jalalah yang berbunyi “Yaa
Fattaah” dan di samping kirinya “Yaa Rozzaaq”,
sedangkan di atas huruf ‘ha’ bertuliskan angka
1030 dan di tengah huruf ‘ha’ bertuliskan angka
110 seperti keterangan gambar, merupakan hasil
karya beliau yang terinspirasi dari beberapa kisah
sohibul maulid Simthudhurrar. Beliau yang lulusan
dari Pondok Pesantren Darut Tauhid ini
berinisiatif membuat lambang Darkah berawal
dari kisah Al Imam Al Habib Ali Al Habsyi
(Sohibul Maulid, pengarang Simtud Dhurar). Pada
awalnya beliau Al Imam Al Habib Ali bin
Muhammad Al Habsyi membuat tanda untuk
setiap kiriman dengan memakai angka 110,
disebabkan karena saat itu beliau, Habib Ali al
Habsyi, sering kali mendapatkan kiriman-kiriman
dari luar negri, dan kiriman tersebut seringkali
tidak sampai kepada beliau, kemudian petugas
pengirim surat (Pak Posnya) meminta untuk
membuat tanda, agar setiap ada kiriman barang/
surat tidak hilang kirimannya. Kemudian beliau
membuat Kha’ disertai dengan huruf 110, 110 itu
sendiri merupakan jumlah bobot nilai huruf
hijaiyyah yang merangkai kata ‘ALI’ dalam kitab
Aqidatul Awwam. (pada halaman terakhir ada
rumusannya) Sedangkan gabungan 110 dan kha’
itu ada sekitar tahun 1980-an , atas inisiatif dari
Habib Ali bin Muhammad Al Haddad dan Habib
Segaf bin Muhammad Ba’ Agil.
Adapun penulisan kalimat Darkah yaa Ahlal
Madinah adalah inisiatif dari Habib Abu Bakar
sendiri, yang diambil dari Qosidah Habib
Muhammad bin Idrus, yang banyak berisi tentang
tawasul-tawasul dengan Ahlul Madinah
(Rosulullah SAW beserta keluarganya,
sahabatnya), termasuk juga kalimat Yaa Tarim
Wa Ahlaha, yang merupakan tawassul kepada
para shalihin dan lebih dari 10 ribu wali yang
dimakamkan di pemakaman Zanbal, Fureidh, dan
Akdar. Pekuburan Zanbal adalah pekuburan para
wali dan sholihin, juga di pekuburan Zanbal
terdapat Ashhabul Badr utusan Sayyidina Abu
Bakar ash-Shiddiq Ra. yang wafat di sana.
Kemudian penerapan lambang Darkah ini pada
awalnya dulu bukan berbentuk bulat dan
bertuliskan kalimat tawasul tadi, melainkan hanya
berupa lambang ha’ dan huruf 110 dan 1030 saja,
kemudian berkat saran dari paman beliau yang
bernama Habib Abdul Qodir bin Husain Al
Haddad, maka lambang tersembut ditambahlah
dengan wiridannya dari abahnya Habib Husain,
yaitu Yaa Fattah Yaa Rozzaq, dengan niatan
supaya dapat fadlilah wiridannya Habib Husain
bin Muhammad Al Haddad. Siapa sangka bahwa
logo yang sudah dikenal di seluruh dunia, baik di
kalangan habaib maupun muhibbin ini sudah
menyebar ke berbagai negara, seperti Yaman,
Malaysia, Singapore, Abu Dabi, Kuwait, dll.
Setelah berjalan lama, lambang ini sempat nyaris
hilang, kemudian lambang / ism yang sering
dijumpai di berbagai majelis-majelis ta’lim/
maulid. Ada yang menggunakan logo ini di
spanduk, umbul-umbul, bendera, jaket, dll, atau
dalam bentuk stiker, sampai mobil-mobil di kaca
belakangnya ditempel stiker lambang ini.
Lambang yang sebenarnya adalah suatu Ajimat
(Ruqyat) bukan Logo suatu organisasi tertentu,
yang apabila dikaji di kitab-kitab , maka lambang
ini tidak akan diketemukan di kitab manapun,
karena lambang ini ada karena Habib Abu bakar
bin Abdurrahman al Haddad menyusunya
digunakan untuk tafa’ul –an (mengharap
berkah). Adapun hitungan 1030 itu berasal dari
hitungan kalimat “amanatullah wa rosuluh wal
Abdullah al Haddad”, yang ditujukan kepada
kepada al Imam al Habib Abdullah bin Alwi al
Haddad, dimana hitungan isim terssebut
merupakan inisiatif dari para ulama’ kota Tarim
Yaman.
Sesuaifaham Ahlussunnah wal Jama’ah, ‘azimat
(Ruqyat) dengan huruf arab merupakan hal yang
diperbolehkan, selama itu tidak menduakan Allah
SWT. Sebagaimana dijelaskan bahwa azimat
dengan tulisan ayat atau doa disebutkan pada
Kitab Faidhul Qadir Juz 3 halaman 192, dan
Tafsir Imam Qurthubi Juz 10 halaman 316-317,
dan masih banyak lagi penjelasan para
Muhadditsin mengenai diperbolehkannya hal
tersebut, karena itu semata-mata adalah
bertabarruk (mengambil berkah) dari ayat-ayat
al-Qur’an dan kalimat-kalimat mulia lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar