Ulama Kesukaan Wahabi yang
Cinta Maulid Nabi
Ulama Kesukaan Wahabi yang Cinta
Maulid Nabi
Hari yang baik, bulan yang baik
serta dengan niat yang baik pula, kami
awali tulisan ini dengan Firman Allah
berikut ini, agar hati tenang dan
nyaman ketika membacanya dengan
baik-baik nantinya. Allah ta’ala
berfirman:
ﻗُﻞْ ﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﺁﺑَﺎﺅُﻛُﻢْ ﻭَﺃَﺑْﻨَﺎﺅُﻛُﻢْ ﻭَﺇِﺧْﻮَﺍﻧُﻜُﻢْ
ﻭَﺃَﺯْﻭَﺍﺟُﻜُﻢْ ﻭَﻋَﺸِﻴﺮَﺗُﻜُﻢْ ﻭَﺃَﻣْﻮَﺍﻝٌ ﺍﻗْﺘَﺮَﻓْﺘُﻤُﻮﻫَﺎ
ﻭَﺗِﺠَﺎﺭَﺓٌ ﺗَﺨْﺸَﻮْﻥَ ﻛَﺴَﺎﺩَﻫَﺎ ﻭَﻣَﺴَﺎﻛِﻦُ ﺗَﺮْﺿَﻮْﻧَﻬَﺎ ﺃَﺣَﺐَّ
ﺇِﻟَﻴْﻜُﻢْ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟِﻪِ ﻭَﺟِﻬَﺎﺩٍ ﻓِﻲ ﺳَﺒِﻴﻠِﻪِ
ﻓَﺘَﺮَﺑَّﺼُﻮﺍ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﺄْﺗِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑِﺄَﻣْﺮِﻩِ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﻻ ﻳَﻬْﺪِﻱ
ﺍﻟْﻘَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻔَﺎﺳِﻘِﻴﻦَ
“Katakanlah: jika bapak-bapak kamu ,
anak-anak kamu, saudara-saudara
kamu, isteri-isteri kamu, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu
usahakan, perniagaan yang kamu
khawatiri kerugiannya, dan tempat
tinggal yang kamu sukai, adalah lebih
kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya
dan dari berjihad di jalan-Nya, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang
fasik” .(QS At-Taubah ayat 24).
Rasulullah Saw. bersabda:
ﻻ ﻳﺆﻣﻦ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﺣﺘﻰ ﺃﻛﻮﻥ ﺃﺣﺐ ﺇﻟﻴﻪ ﻣﻦ ﻭﺍﻟﺪﻩ
ﻭﻭﻟﺪﻩ ﻭﺍﻟﻨﺎﺱ ﺃﺟﻤﻌﻴﻦ
“Tidak beriman seseorang kamu
sehingga adalah saya lebih dicintai nya
dari orang tua nya dan anak nya dan
semua manusia” (HR Bukhari dan
Muslim).
Sikap anti berlebihan terhadap
Maulid Nabi, terkesan seakan
peringatan Maulid Nabi adalah
kesalahan yang mutlak, namun di balik
ingkar mereka yang melampaui batas,
ternyata ajaran ingkar Maulid Nabi
baru ada sejak mereka ada, belum ada
jauh sebelum peringatan Maulid ini
telah diperingati dan diakui oleh
Muslim dan Ulama sedunia, latar
belakang ulama yang mereka sukai
ternyata para pecinta Maulid dan salah
satu dari sekian Para Motivator Maulid ,
berikut ini sebagian bukti nya:
1. Pendapat Ibnu Taymiyah Tentang
Maulid Nabi
Ibnu Taymiyah berkata dalam kitab
Iqtidha' Shirathil Mustaqim halaman
297:
ﻓﺘﻌﻈﻴﻢ ﺍﻟﻤﻮﻟﺪ ﻭﺍﺗﺨﺎﺫﻩ ﻣﻮﺳﻤًﺎ ﻗﺪ ﻳﻔﻌﻠﻪ ﺑﻌﺾ
ﺍﻟﻨﺎﺱ، ﻭﻳﻜﻮﻥ ﻟﻪ ﻓﻴﻪ ﺃﺟﺮ ﻋﻈﻴﻢ ﻟﺤﺴﻦ ﻗﺼﺪﻩ،
ﻭﺗﻌﻈﻴﻤﻪ ﻟﺮﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺍﻟﻪ ﻭﺳﻠﻢ
“Adapun mengagungkan maulid dan
menjadikannya acara rutin, itu
dikerjakan oleh sebagian manusia, dan
mereka mendapat pahala yang besar
karena tujuan baik dan pengagungannya
terhadap Rasulullah Saw.” .
Ibnu Taymiyah juga berkata dalam
kitab Majmu' Fatawa juz 23 halaman
134:
ﻓﺘﻌﻈﻴﻢ ﺍﻟﻤﻮﻟﺪ ﻭﺍﺗﺨﺎﺫﻩ ﻣﻮﺳﻤﺎً ﻗﺪ ﻳﻔﻌﻠﻪ ﺑﻌﺾ
ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻭﻳﻜﻮﻥ ﻟﻬﻢ ﻓﻴﻪ ﺃﺟﺮ ﻋﻈﻴﻢ ﻟﺤﺴﻦ
ﻗﺼﺪﻫﻢ ﻭﺗﻌﻈﻴﻤﻬﻢ ﻟﺮﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ
ﻭﺳﻠﻢ
“Adapun mengagungkan maulid dan
menjadikannya acara rutin, itu
dikerjakan oleh sebagian manusia, dan
mereka mendapat pahala yang besar
karena tujuan baik dan pengagungannya
terhadap Rasulullah Saw” .
TERNYATA:
Ibnu Taimiyah sosok Syaikhul
Islam-nya para Wahhabi dan Tokoh
Yang Dipuja dan dibela mati-matian
oleh Syaikh-Syaikh Wahabi-Saudi justru
membela Maulid Nabi, ada apa dengan
Wahabi, kenapa sebagian mereka
mengingkari pendapat Ibnu Taimiyah,
kenapa sebagian mereka menyangka ini
fitnah terhadap Ibnu Taimiyah, kenapa
sebagian mereka justru tidak pernah
tahu pendapat Ibnu Tamiyah
sebenarnya dalam masalah Maulid
Nabi, mereka ingin berlepas diri dari
Ibnu Taimiyah, yang sangat jelas
mendukung Maulid
Nabi, seandainya Maulid Bid’ah atau
Tasyabbuh, sungguh Ibnu Taimiyah
lebih dulu memerangi perayaan Maulid.
Karena di masanya perayaan
Maulid telah dirayakan setiap tahun,
tidak pernah ia bilang Bid’ah, tidak
pernah ia bilang Tasyabbuh dengan
Natal, tidak pernah ia permasalahkan
adakah Nabi dan para sahabat
merayakan Maulid seperti ini, tapi Ibnu
Taimiyah malah menyatakan Maulid
Nabi adalah amalan yang baik, bahkan
mendapat pahala bagi yang
merayakannya, karena menurut Ibnu
Taymiyah Maulid adalah termasuk
sebagian dari cara mengagungkan Nabi,
dan termasuk salah satu cara mencintai
Nabi.
Dengan kata lain Ibnu Taimiyah
mengakui kebenaran Fatwa Ulama yang
membolehkan perayaan Maulid,
perbedaan persepsi dalam memahami
hakikat makna Bid’ah antara Ibnu
Taimiyah dan Wahabi/Salafi , otomatis
berujung pada perbedaan kategori, Ibnu
Taimiyah punya dua kategori Bid’ah
yaitu Bid’ah Dholalah/Sayyiah dan
Bid’ah Hasanah, tentu saja setiap hal
atau cara baru dalam beramal tidak
serta-merta dapat divonis sesat,
sementara Wahabi yang salah
memahami hakikat makna Bid’ah,
membuat mereka tidak punya pilihan
lain, setiap hal baru otomatis sesat
menurut mereka, dan status hukum
bukan lagi pada dalilnya, tapi lebih
kepada ada atau tidaknya itu di masa
Nabi dan Sahabat, sehingga wajar kalau
pada setiap permasalahan yang mereka
pertanyakan bukanlah dalil syar’i, dan
tanpa sadar mereka telah mengingkari
sebagian syari’at Islam atau dengan
kata lain inilah ciri Manipulasi Fatwa
Ala Wahhabi , semoga kekaguman
mereka terhadap Ibnu Taimiyah bisa
memperkecil perbedaan selama ini.
2. Pendapat Ibnu Katsir Tentang Maulid
Nabi
Imam Ibnu Katsir dalam
Kitabnya Bidayah wa an-Nihayah juz 13
halaman 136,
memuji Raja Mudzaffar Abu Sa’id al-
Kukburi sebagai berikut:
ﻭﻛﺎﻥ ﻳﻌﻤﻞ ﺍﻟﻤﻮﻟﺪ ﺍﻟﺸﺮﻳﻒ ﻓﻲ ﺭﺑﻴﻊ ﺍﻷﻭﻝ
ﻭﻳﺤﺘﻔﻞ ﺑﻪ ﺍﺣﺘﻔﺎﻻ ﻫﺎﺋﻼ
ﻭﻛﺎﻥ ﻣﻊ ﺫﻟﻚ ﺷﻬﻤﺎ ﺷﺠﺎﻋﺎ ﻓﺎﺗﻜﺎ ﺑﻄﻼ ﻋﺎﻗﻼ
ﻋﺎﻟﻤﺎ ﻋﺎﺩﻻ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺃﻛﺮﻡ ﻣﺜﻮﺍﻩ
“Dan dia (Raja Mudzaffar)
menyelenggarakan Maulid Nabi yang
mulia di bulan Rabi’ul Awwal secara
besar-besaran. Ia juga seorang raja yang
cerdas, pemberani kesatria, pandai, dan
adil, semoga Allah mengasihinya dan
menempatkannya di tempat yang paling
baik.”
Imam Ibnu Katsir juga
mengatakan:
ﺇﻥ ﺃﻭﻝ ﻣﻦ ﺃﺭﺿﻌﺘﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻫﻲ
ﺛﻮﻳﺒﺔ ﻣﻮﻻﺓ ﺃﺑﻲ ﻟﻬﺐ ﻭﻛﺎﻥ ﻗﺪ ﺃﻋﺘﻘﻬﺎ ﺣﻴﻦ
ﺑﺸﺮﺗﻪ ﺑﻮﻻﺩﺓ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ . ﻭﻟﻬﺬﺍ
ﻟﻤﺎ ﺭﺁﻩ ﺃﺧﻮﻩ ﺍﻟﻌﺒﺎﺱ ﺑﻌﺪ ﻣﻮﺗﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻨﺎﻡ ﺑﻌﺪﻣﺎ
ﺭﺁﻩ ﺑﺸﺮ ﺧﻴﺒﺔ، ﺳﺄﻟﻪ : ﻣﺎ ﻟﻘﻴﺖ؟ ﻗﺎﻝ : ﻟﻢ ﺃﻟﻖ
ﺑﻌﺪﻛﻢ ﺧﻴﺮﺍً ﻏﻴﺮ ﺃﻧﻲ ﺳﻘﻴﺖ ﻓﻲ ﻫﺬﻩ ﺑﻌﺘﺎﻗﺘﻲ
ﻟﺜﻮﻳﺒﺔ ( ﻭﺃﺷﺎﺭ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻨﻘﺮﺓ ﺍﻟﺘﻲ ﺑﻴﻦ ﺍﻹﺑﻬﺎﻡ
ﻭﺍﻟﺘﻲ ﺗﻠﻴﻬﺎ ﻣﻦ ﺍﻷﺻﺎﺑﻊ ).
“Sesungguhnya orang pertama kali
menyusui Nabi Saw. adalah Tsuwaibah
yaitu budak perempuan Abu Lahab, dan
ia telah dimerdekakan dan dibebaskan
oleh Abu Lahab ketika Abu Lahab
gembira dengan kelahiran Nabi Saw.
Karena demikian setelah meninggalnya
Abu Lahab, salah seorang saudaranya
yaitu Abbas melihatnya dalam mimpi,
salah seorang familinya bermimpi
melihat ia dalam keadaan yang sangat
buruk, dan Abbas bertanya: “Apa yang
engkau dapatkan?” Abu Lahab
menjawab: “Sejak aku tinggalkan kalian
(mati), aku tidak pernah mendapat
kebaikan sama sekali, selain aku diberi
minuman di sini (Abu Lahab
menunjukkan ruang antara ibu jarinya
dan jari yang lain) karena aku
memerdekaan Tsuwaibah”. (Lihat dalam
Kitab Bidayah wa an-Nihayah juz 2
halaman 272-273, Kitab Sirah an-
Nabawiyah juz 1 halaman 124 dan Kitab
Maulid Ibnu Katsir halaman 21).
Imam Ibnu Katsir mengagungkan
malam Maulid Nabi, berikut pernyataan
beliau dalam Kitab Maulid Ibnu Katsir
halaman 19:
ﺇﻥ ﻟﻴﻠﺔ ﻣﻮﻟﺪ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻛﺎﻧﺖ
ﻟﻴﻠﺔ ﺷﺮﻳﻔﺔ ﻋﻈﻴﻤﺔ ﻣﺒﺎﺭﻛﺔ ﺳﻌﻴﺪﺓ ﻋﻠﻰ
ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ، ﻃﺎﻫﺮﺓ، ﻇﺎﻫﺮﺓ ﺍﻷﻧﻮﺍﺭ ﺟﻠﻴﻠﺔ ﺍﻟﻤﻘﺪﺍﺭ
“Sungguh malam kelahiran Nabi Saw.
adalah malam yang sangat mulia dan
banyak berkah dan kebahagiaan bagi
orang mukmin dan malam yang suci, dan
malam yang terang cahaya, dan malam
yang sangat agung”.
Sebagaimana pula dikatakan oleh
Imam Ibnu Hajar al-Asqalani dalam
kitab ad-Durar al-Kaminah mengatakan
bahwa kitab tersebut adalah kitab Ibnu
Katsir yang membolehkan Maulid Nabi
dan di dalamnya membahas tentang
perayaan peringatan Maulid Nabi.
TERNYATA:
Ibnu Katsir yang dianggap sama
oleh Salafi-Wahabi dengan mereka
dalam semua hal, juga mengagungkan
Maulid, bahkan beliau punya kitab
tentang kebolehan dan keagungan
Maulid Nabi, perbedaan yang sangat
mencolok ini tentu tidak aneh, karena
Ibnu Katsir adalah seorang Ahlus
Sunnah Waljama’ah (Aswaja), cuma
mereka tidak mau melepaskan Ibnu
Katsir, karena tanpa Ibnu Katsir,
mereka tidak punya lagi ulama hebat
yang bisa mereka sandarkan ajaran
mereka, dan penganut Wahabi akan
semakin berkurang drastis, dan separuh
kebohongan yang mereka tutupi selama
ini akan terkuak dengan sendirinya,
buktinya dalam hal ini Ibnu Katsir
terlepas dari ajaran Wahabi. Perayaan
Maulid yang telah dirayakan setiap
tahun di masanya, tidak memvonis
pecinta Maulid Nabi dengan Ahlu
Bid’ah, apalagi sampai menyamai
dengan perayaan Kuffar.
Dalam kitab nya Ibnu Katsir
memuji Raja Mudzaffar, karena
kedermawanannya dalam perayaan
Maulid besar-besaran, bahkan lebih
dari itu, ketika para penganut Wahabi
menganggap “orang yang merayakan
Maulid sama dengan Abu
Lahab” ternyata Ibnu Katsir
membenarkan kisah tersebut, Ibnu
Katsir membenarkan Abu Lahab
membebaskan budaknya Tsuwaibah
karena kegembiraan nya dengan berita
kelahiran Nabi dan dengan sebab itu ia
mendapat sedikit air yang dapat ia
minum di kubur, karena kekufurannya
telah menghalangi pahala dan fadhilah
besar yang seharusnya. Tidak cuma itu.
Ibnu Katsir juga percaya bahwa
malam Maulid Nabi adalah malam yang
penuh berkah, malam yang lebih dari
malam lainnya, tentu saja ini sangat
bertolak-belakang dengan anggapan
Wahabi, karena mereka anggap malam
Maulid tidak tidak punya kelebihan
apapun, sama seperti malam
sebelumnya atau sesudahnya, semoga
perasaan mereka terhadap Ibnu Katsir
bisa menimbulkan benih cinta mereka
terhadap Maulid Nabi Saw.
3. Pendapat Imam Adz-Dzahabi Tentang
Maulid Nabi
Adz-Dzahabi juga memuji Abu
Said Al-Kukburi dalam kkitabnya yang
berjudul Siyar A'lam an-Nubala' juz 22
halaman 336:
ﻭﻛﺎﻥ ﻣﺘﻮﺍﺿﻌًﺎ ، ﺧﻴِّﺮًﺍ ﺳﻨّﻴًﺎ ، ﻳﺤﺐّ ﺍﻟﻔﻘﻬﺎﺀ
ﻭﺍﻟﻤﺤﺪّﺛﻴﻦ
“Dan adalah ia (Raja Mudzaffar) itu yang
rendah hati, dan baik dan
juga Sunni (Ahlus Sunnah Waljama'ah)
dan ia mencintai Fuqaha’ (Ulama Fiqih)
dan Muhadditsin (Ulama Hadits).“
TERNYATA :
Adz-Dahabi sama halnya dengan
Ibnu Katsir, ia juga memuji Raja
Maulid Raja Mudzaffar, dan dengan
jelas adz-Dzahabi menyebutnya
dengan Sunni yakni Ahlus Sunnah
Waljama’ah, tapi kenapa Wahabi
menyebut pecinta Maulid dengan Ahlu
Bid’ah? tidakkah mereka malu kepada
Imam mereka? kenapa justru mencari-
cari alasan untuk mengingkari
kebenaran dari Ulama yang mereka
sukai, kenapa harus menutupi
kebenaran yang datang dari diri
mereka sendiri, kalau saja kebenaran
datang dari orang yang ia musuhi dan
benci selama ini, mungkin saja terlalu
berat menerima dan mengakui nya, tapi
ini kebenaran dari diri mereka sendiri.
Semoga ini menjadi sebuah
renungan bagi siapapun yang terlalu
anti dengan Maulid Nabi, bila pun
terlalu berat mengakui kelebihannya,
cukuplah dengan berdiri di tengah-
tengah saja, tidak perlu ikutan Maulid,
dan juga jangan ikutan mencaci-maki
Maulid, biarpun nantinya juga akan
sangat menyesal karena tidak bisa
merasakan bila ternyata begitu besar
fadhilah Maulid di akhirat kelak
nantinya.
Selasa, 15 Desember 2015
Maulud menurut ulama pentolan wahabi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar