Sabtu, 09 Desember 2017

3 rahasia kunci kyai hamid

Setidaknya adatiga kunci rahasia “kehebatan” Kiai Hamid. Ketiga hal itu sangat sulit dan tak banyakdipunyai oranglain, namun perlu diteladani – karena beliau menjumputnyadari junjungan beliau, Rasulullah s.a.w. (Sudah tentu ketiga hal ini dalam diri Rasulullah s.a.w. jauh lebih dahsyat.)Pertama, seperti dikatakan Kiai Syadid Kencong, beliau pas dengan siapa saja. Ibarat sepatu, beliau pas untuk dipakai siapa saja. Tidak terasa kekecilan, apalagi kesempitan, tidak pula terasa kebesaran. Siapa saja yangbertemu dengan beliau,dia merasa pas. Merasa nyaman. Dan bisa mengambil pelajaran. Coba, betapa sulitnya untuk bisa seperti itu. Ada orang yang pas dengan siapa saja karena sikap munafiknya. Bermuka dua. Ibarat sepatu, dia bisa berubah-ubah ukuran – terkadang membesar, terkadang mengecil. Tetapi Kiai Hamid jauh dari hal demikian. Beliau tetap konsisten dengan kewara’an dan kesalehan beliau, tapi beliau bisa pasdengan siapa saja. Biasanya, ada kiai-kiai yang pas dengan orang miskin saja, tapi orang kayatidak merasa nyaman. Atau sebaliknya, orang kaya merasa pas, orang miskin merasa disepelekan. Kiai Hamid tidak demikian. Orang kaya, orang miskin, pejabat, orang biasa, semuanya merasa cocok dengan beliau.Baik dia santri,ustaz, kiai, habaib, maupun orang awam, semua merasa pas bila bertemu dengan Kiai Hamid.Ada yang lebihspesial lagi. Terkadang yang datang lebih dari satu orang. Entah tiga orang ataulebih. Mereka datang denganmaksud berbeda-beda.Lalu Kiai berkata singkatkepada mereka. Mungkin berupa perlambang, mungkin nasihat, mungkin cerita, atau lainnya, dan mereka semua merasa terlayani. Merasa hasil maksudnya.Keistimewaan Kiai Hamid yang bisa pas dengan siapa saja ini barangkali berkaitan dengan sifat-sifat beliau sebagai berikut:1.Kecondongan beliau untuk berkhidmat, melayani. Beliau melayani seluruh anggota keluarga. Kalau ada yang butuh sesuatu, beliau bantu. Kalau ada yang tertimpa musibah, beliau hibur. Beliau perhatikan, dan beliau besarkan hatinya. “Aku sekarang menjadi bapak kalian,” kata beliau kepada Ustaz Sholeh Ahmad Sahal, ketika ditinggal wafat ayahandanya. “Kalau adaperlu, kapanpun kamu boleh datang padaku.” Bahkan tidak hanya anggota keluarga, kepada siapapun beliau siap membantu, menghibur dan menerima pengaduan. Hampir semua orang yang membawadagangan ke tempat beliau, beliau belibarangnya, meski beliau tidak butuh. Beliau lalumembagikannya pada orang lain.Beliau suka direpoti tapi tidak suka merepotkan.2.Kecenderungan beliau untuk selalu membuat nyaman orang lain.Beliau tidak membuat orang lain panik atautegang. Kalau ada yang terlanjur panic atautegang, beliau kendurkansyarafnya. Entah dengan melucu atau kata-kata yang meneduhkan. Pembawaan beliau yang tidak kaku membuat orang nyaman. Anak, istri,menantu, saudara, pembantu, santri, tetangga, atau siapapun, dibuat nyaman didekat beliau. Beliau mendidik tanpa membuat tegang. Misalnya, mengajari qashidah kepada cucu beliau sambil bermain. Beliau mendakwahi orang juga tanpamembuat yang didakwahi tegang. Bahkan, terkadang dia tidak merasa kalau sedang didakwahi,tapi pesanitu sudah merasuk ke dalam hatinya.3.Beliau tidak membeda-bedakan antara satu dan lain orang.Bahkan cintanya kepada orang miskin luar biasa.Kalau diberi makanan oleh orangmiskin, beliau memakannya hinggahabis walaupun si pemberitidak melihat. Dan jika ada tamu, semua kebagian perhatian beliau. Semua ditanyai, semua merasa dihargai.4.Beliau selalu berkomunikasi dengan hati, bukan akal, apalagi nafsu.Hal kedua yang khas, dansulit dipunyai orang lain ialah, beliau nyaris tidak mengenal kata gengsi. Beliau – meminjam kata-kata anak sekarang — tidak pernah “jaim”, jaga image, atau jaga penampilan. Karena seorang kiai maka penampilan harus berwibawa, dibuat-buat, dan semacamnya. Beliau apa adanya. Terkadang orang yang tidak pernah mengenal wajah beliau terkecoh. Tidakmengira bahwa orang yang ada di dekatnya adalah orang yang namanya sudah demikian beken di seantero Jawa, bahkan hingga ke lain pulau. Beliau pernah lari bertelanjang kaki guna memberi tahu kuli bahwa adaorang yang sedang membutuhkan tenaganya untuk mengangkat barang mebel.Akhirnya, last but not least, yang sangat spesial pada diri Kiai Hamidadalah, beliau tidak mau menggunjingkan orang lain (ghibah). Ini terdengar sangat sederhana, tapi tidak banyak orang yang dapat mengamalkannya. Bergunjing adalah perbuatan tercela yang paling sulit dihindari, termasuk oleh kiai sekalipun.Bergunjing timbul dari rasa benci. Beliau tidak punya rasa benci pada orang lain. Bergunjing juga bisa menerbitkan rasa benci atauiri kepada orang lain. Bisapula meninbulkan rasa sombong, ujub. Karena itu beliau menghindari bergunjing. Beliau ada orang membicarakanorang lain di hadapan beliau, beliau segera mengalihkan topik pembicaraan. Atau, beliau akan meninggalkan majelis itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar