Disebut di dalam kitab Irsyad-ul ‘Ibad oleh asy-Syaikh Utsman bin Shihabuddin al-Funtiani رحمه الله تعالى , pada halaman 4, telah bersabda Nabi صلى الله عليه وآله وسلم:عليكم بمجالسة العلماء واستماع كلام الحكماء فإن الله تعالى يحيى القلب الميت بنورالحكمة كما يحيى الارض الميتةبماء المطرYakni [artinya] biasakanlah atas diri kamu dengan bersama duduk [dengan] ulama’ yang berbuat ‘amal dengan ‘ilmunyadan menuntut mendengar perkataan auliya Allah yang mempunyai ilmu haqiqat, maka bahwasanya Allah Ta’ala menghidupkan Ia akan hati yang mati dengan nur hikmah, (berkata qaum –sufi) seorang berhimpun bersama-sama ahlullah mendapat ia kelakuan yang mulia dan lagi sebenar memberi manfaat dengan berhimpun bersama-sama mereka itu terlebih memberi manfaat daripada lafaz lidah) maka bahwasanya Allahmenghidupkan Ia akan hati yang buta dengan nur ilmu yang memberi manfaat seperti menghidupkan Ia akan bumi yang mati dengan air hujan.Asy-Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar al-Bantani رحمه الله تعالى ,di dalam kitabnya Nasho-ihul Ibad fibayani al-Faadzi al-Munabbihaat 'alal Isti'daadi Li Yaumil Ma'adi padahalaman 4, beliau telah memberi penjelasan bahwa yang dimaksudkan dengan:Ulama’ ialah orang-orang ‘alim yang mengamalkan ilmunyaHukama’ ialah orang-orang yang mengetahui/mengenal zat Allah Ta’ala, yang betul dan tepat dalam perkataan dan perbuatan mereka.Hikmah itu adalah ilmu yang memberi manfaatSeterusnya asy-Syaikh Nawawi al-Bantani رحمه الله تعالى mengklasifikasikan ulama’ itu kepada 3 bagian:1. Ulama’ yang ‘alim tentang hukum-hukam, mereka adalah ashhab al-fatwa, yakni mempunyai hak untuk memberi fatwa.2. Ulama yang ‘alim[dan arif] akan dzat Allah [ulama ‘tauhid] sahaja . Mereka ini adalah golongan hukama. Bergaul, berdamping dengan mereka menjadikan akhlaq kita terdidik, karena dari hati mereka bersinar cahaya ma’rifatullah dan terbit dari sirr mereka cahaya keagungan Allah.3. Dan ulama yang memiliki kedua-dua sifat diatas, mereka itu kubara’. Maka bergaul dengan ahlullah mendatangkan ahwal yang mulia.Nadzrah (pandangan) mereka lebih mendatangkan manfaat dari daripada ucapan mereka. Dan barangsiapa yang pandangannya memberi manfaat kepadamu, makabermanfaatlah kata-katanya, dan barangsiapa yang pandangannya tidak memberi manfaat kepadamu, maka kata-katanya tidak akan mendatangkan manfaat.Di dalam Kitab Lubabul Hadist, susunan al-Imam al-Hafidz Jalaluddin as-Suyuthi.rhmImam Jalaluddin Abdurrahman Bin Abi Bakar As Syuyuti ( 849 – 911 H ) adalah ulama’ ahli hadits juga Tafsir,yang banyak menyumbangkan karyailmiahnya kepada ummat Islam, di antaranya Kitab Lubabul Hadits, yang mana kitab tersebut di syarahi(diberi penjelasan) oleh Ulama’ Besar asli Indonesia yang mengajar di Masjidil Haram-Mekkah dan wafat serta dimakamkan di pekuburan Ma’la Mekkah al-Mukarammah, yakni Syekh Muhammad bin Umar An Nawawi alBantani, dengan judul kitab, “Tanqihul Qoul al hadits”, diterangkangkan bahwa:1. Nabi Saw. bersabda kepada ibnu Mas'ud r.a : " Hai ibnu Mas'ud, dudukmu sesaat di majlis ilmu tanpa menyentuh pena dan tanpa menulis suatu huruf lebih baik bagimu daripada membebaskan seribu hamba sahaya. Pandangan kepada wajah orang alim lebih baik bagimu daripada menyedekahkan seribu ekor kuda fi sabilillah (dijalan Allah). Ucapan salammu kepada orang alim lebih baik bagimu daripada ibadah seribu tahun."2. Nabi Saw. bersabda : "Seorang yang faqih dan berhati-¬hati dalam masalah agama (wara’) lebih berat bagi syaitan untuk menggodanya daripada seribu orang yang ahli ibadah dan giat, tetapi bodoh, meskipun berusaha menjauhi yang haram. " Faqih = seseorang yang sangat menguasai ilmu syari’at (Fiqh).3. Nabi Saw. bersabda : " Kelebihan orang alim di atas ahli ibadah, seperti kelebihan bulan di malam purnama, di atas bintang-bintang lainnya. "4. Nabi Saw. bersabda : " Barangsiapa pergi, sambil berjalan atau menaiki kendaraan dari tempatnya ke tempat lain untuk belajar ilmu, diampunilah dosa-dosanya yang lalu sebelum ia melangkah. " H.R. Asy-Syirazi dari Aisyah.5. Dalam riwayat Tirmidzi dan ibnu Majah dari ibnu Abbas. Nabi SAW bersabda, “Seorang yang faqih lebihberat bagi syaithan untuk menggodanya dari pada seribu ahli ibadah.”6. Nabi Saw. bersabda :"Muliakanlah para ulama, karena mereka mulia di sisi Allah dan dimuliakan."7. Nabi Saw. bersabda : " Barangsiapa memandang kepada wajah orang alim dengan pandangan yang menggembirakannya, maka Allah Ta'ala menciptakan dari pandangan itu seorang malaikat yang memohonkan ampun baginya hingga hari Kiamat."8. Nabi Saw. bersabda : " Barangsiapa menuliskan seorang alim, maka ia telah memuliakan aku. Dan siapa yang memuliakan aku, maka ia telah memuliakan Allah. Dan siapa yang memuliakan Allah, maka tempat tinggalnya adalah surga."9. Nabi. Saw. bersabda : " Tidurnya orang alim lebih baik daripada ibadahnya orang jahil (yang tidak mengetahui adab-adab ibadahnya).”10. Nabi Saw. bersabda : " Barangsiapa belajar satu bab ilmu, baik diamalkan atau tidak diamalkannya, maka hal itu; lebih baik dari pada shalat sunnah seribu raka' at. "11. Dalam suatu riwayat Abu Nu'aim dari Salman: "Tidur dalam keadaan berilmu lebih baik daripada sholat dalam keadaan jahil"12. Nabi Saw. bersabda :"Barangsiapa menziarahi seorang alim, maka seakan-akan ia menziarahi aku. Dan siapa yang berjabatan tangan dengan seorang alim, maka seakan-akan ia berjabatan denganku. Dan siapa yang duduk dengan seorang alim, maka seakan¬-akan ia duduk denganku di dunia. Dan siapa yang duduk denganku di dunia, maka akududukkan dia denganku pada hari kiamat ".Itulah keutamaan yang Agung, yang dilimpahkan dan dianugerahkan kepada Umat Baginda Nabi Rasulullah SAW mengenai keutamaan ilmu dan para Ulama. Tentu ilmu yang dimaksud tersebut adalah ilmu agama, al-Islam.Al-'Arifbillah al-Quthb al-Habib Ahmad bin Hasan al-Atthas رضي الله عنه sewaktu beliau berada di kota Tarim pada suatu majelis yang dihadiri oleh banyak orang dari golongan Saadah Bani Alawi dan lainnya. Setelah selesai pembacaan kitab dan qasidah dari pada kalam salaf (para leluhur ahlulbait terdahulu), beliau رضي الله عنه berkata: “Majelis-majelis seperti iniadalah merupakan hidangan bagi arwaah yang bertebaran dan merupakan asroor (rahasia-rahasia) yang berterbangan. Semua yang hadir akan mendapatkan jalan petunjuk. Semua yang hadir akan mendapatkan kenaikan derajat (di sisi-Nya) dan semua akan mendapatkan curahan rahmat. Barakah dari pada majelis ini, oleh Allah akan disampaikan ke perbagaitempat (meliputi berbagai tempat) dan Allah Ta'ala akan menurunkan pada majelis ini berbagai macam kebaikanNya, kemurahanNya, dan pemberianNya. Sebagian yang hadirmendapatkan barakah disebabkan sebagian yang lainnya, dan orang yangtertolak (ghairu maqbuulin) akan mendapatkan barakah daripada orang-orang yang diterima (almaqbuulin). Majelis ini merupakan suatu tempat yang sangat bagus, bagaikan tanah subur yang dapat menyerap air dan yang dicurahkan diatasnya hujan rahmat.Selanjutnya beliau رضي الله عنه berkata: Apabila seseorang merasakan hatinya susah atau anggota badannya terasa malas untuk melakukan amal kebajikan, maka lihatlah atau bacalah kalam (ucapan) para salaf, agar hilang perasaan susah dan rasa malas yangada pada dirinya. Janganlah seseorang memaksakan diri untuk melakukan hal-hal yang tidak mampu untuk dilakukan. Bertakwalah kepada Allah semampumu. Bersyukurlah kepada Allah jika engkau diberi taufiq untuk dapat melakukan amal-amal shaleh.Selain itu di antara faedah duduk bersama ulama, dapat memandang wajah mereka. Memandang wajah para sholehin ini bukanlah perkara yang sia-sia kerana memandang mereka mendatangkan hal yang positif bagi yang memandangnya. Seperti membangkitkan semangat, untuk meningkatkan amalan kebaikan, tatkala keimanan seseorang sedang turun. Perkara sedemikian pernah dilakukan oleh Abu Ja’far bin Sulaiman, salah seorang murid Hasan Al Bashri رضي الله عنه . Beliau pernah mengatakan,”Jika aku merasakan hatiku sedang dalam keadaan qaswah (keras), maka aku segera pergi untuk memandang wajah Muhammad bin Wasi’ al-Bishri. Maka hal itu mengingatkanku kepada kematian.” (Tarikh al-Islam, 5/109).Bahkan Imam Malik رضي الله عنهsendiri juga melakukan hal yang sama tatkala merasakan qaswah dalam hati. Beliau menceritakan: “Setiap aku merasakan adanya qaswah dalam hati, maka aku mendatangi Muhammad bin al-Munkadar dan memandangnya. Hal itu dapat memberikan peringatan kepadaku selama beberapa hari.” (Tartib Al Madarik, 2/51-52).Apakah perbuatan mereka ini mempunyai sandaran? Sudah pasti. Daripada Sayyidina Ibnu ‘Abbas رضي الله عنهما katanya: Dikatakan kepada Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم: Wahai Rasulullah! Karib(teman) kami (yangkami duduk bersamanya) yang mana satukah yang paling baik? Jawab Baginda صلى الله عليه وآله وسلم : Orang yang apabila kamu melihat kepadanya akan mengingatkan kamu kepada Allah, percakapannya menambahkan ilmu kalian dan amalannya mengingatkankalian kepada akhirat (Hadits riwayat Abu Ya’la. Perawinya adalah perawi hadits shahih sebagaimana terdapat di dalam Majma` az-Zawaid).Ibnu Hibban meriwayatkan bahawa Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم bersabda (maksudnya): Sesungguhnya sebahagian manusia merupakan kunci untuk mengingatkan kepada Allah (Hadits riwayat Ibn Hibban, hadits ini dishahihkan oleh beliau)Bergaul dengan orang-orang baik dan soleh, akan tertanam di hati kita cinta kepada kebaikan dan tumbuh semangat untuk berbuat baik seperti mereka. Adapun apabila kita bergaul dengan orang-orang fasik, maka gemar berbuat fasik dan lacurlah yang akan tertanam dalam hati kita. Maka dapat disimpulkan, bahwa kepribadian seseorang terprogram secara otomatis sesuai karakter lingkungan pergaulan.Dalam kitab ‘Awarif, syeikh Umar Syahrawardi berkata, “Persahabatandengan orang-orang baik memberikan dampak positif yang luar biasa. Sedangkan rasa cinta dansayang akan memperkokoh persahabatan tersebut.” Seorang ahli hikmah berpendapat bahwa apabila seseorang bertemu sahabatnya, maka terjadi pembauran karakter diantara keduannya. Mereka saling mengisi dan memperkuat kepribadian masing-masing.Ada sebuah kaidah klasik berbunyi. “Pandangan kepada sesuatu akan mempengaruhi perilaku pihak yang memandang sehingga selaras dengan perilaku pihak yang dipandang”. Seperti apabila kita melihat sesuatu yang mengharukan,maka hati kita terbawa rasa haru lalu menjadi sedih. Demikian juga apabila kita melihat sesuatu yang menggembirakan, maka di hati kita akan muncul rasa senang dan gembira.Seekor unta liar yang tak dapat dikendalikan akan menjadi patuh dan terkendali apabila dikumpulkandengan unta-unta yang telah jinak. Bahkan hewan-hewan, tumbuh-tumbuhan dan udara sekalipun berevolusi baik secara fisik maupunkarakter sesuai kondisi lingkungan masing-masing.Rasulullah SAW bersabda, ”Agama seseorang tergantung agama orang yang dicintainya (sahabatnya).” Sebuah kalam bijak menyebutkan bahwa seseorang yang suka bergaul dan berteman dengan orang yang baik, maka akan dijadikan oleh Allah sebagai orang baik sekalipun sebelumnya ia adalah orang jahat. Dan seseorang yang suka bergaul dengan orang fasik, maka ia akan dijadikan sebagai orang yang fasik dan jahat sekalipun sebelumnya ia adalah orang yang baik.Dalam sebuah hadits shahih Rasulullah SAW ditanya salah satu sahabat,” Wahai Rasulullah! Ada seorang laki-laki mencintai suatu kaum, namun ia bukan termasuk kaum tersebut.” Rasulullah SAW dengan bijak menjawab,” Kamu kelak dikumpulkan bersama orang yang kamu cintai.”“Quthbul Irsyad” al-Habib Abdullah bin Alwi Alhaddad.rhm berkata, “Barang siapa senantiasa duduk bersama dan berkumpul dengan para ulama besar didasari rasa cintakepada mereka dan keinginan meneladani budi pekerti dan perilaku mereka yang cenderung mendekatkan diri kepada Allah SWTdan menjauhi kemewahan dunia atau sekedar mengharapkan keberkahan dan doa-doa mereka tanpa adanya niatan untuk meniru perilaku mereka, maka ia akan mendapatkan kebaikan dan berkah yang melimpah.Seperti tersebut dalam sebuah hadits qudsi yang artinya,”Merekalah (para ulama besar) segolongan orang yang takkan celaka orang-orang yang duduk berkumpul bersama mereka.” Hanya saja, kebaikan dan keberkahan mereka takkan didapatkan orang-orang yang berkumpul dengan mereka dengan niatan agar ia dikenal orang sebagaiorang baik karena sering berkumpul dengan para ulama dan orang soleh, sedangkan ia sendiri sebenarnya adalah orang yang keji dan dhalim.”Seorang ulama besar tempo dulu pernah berkata,” Sesungguhnya prasangka buruk dan rasa cinta yangmurni akan menyatukan orang-orang awam bersama para ulama besar. Dan tidak ada ibadah selain fardlu yang dilaksanakan seorang hamba yang lebih utama dari rasa cinta kepada para wali Allah, karenacinta kepada wali Allah adalah pertanda cintanya kepada Allah.”Terkadang seorang murid mendapatkan keberkahan dan manfaat yang melimpah dari guru-gurunya sekalipun ia tak mengenal bahkan tak pernah melihat mereka. Hal tersebut dikarenakan rasa cinta yang menggelora, keterikatan yang kuat dan prasangka baik kepada mereka.Sayid Ali bin Abubakar Baalawi berkata,”Seorang murid akan mendapatkan manfaat dari guru-gurunya sekalipun mereka telah meninggal jika ikatan antara murid dan guru sangat kuat di dasari rasa cinta yang murni kepadamereka.”Al Imam Ali bin Abubakar As-Sakran berkata,”Para ulama tasawuf sejati yang ikhlas kepada Allah dalam setiap amal perbuatanya dan senantiasa berusaha menyempurnakan diri dalam meneladani akhlak Rasulullah SAW adalah para wali pembawa cahaya dan rahasia-rahasia Allah sekaligus sebagai kholifah di muka bumi. Maka beruntunglah orang-orang yang mencintai mereka, mendapatkan berkah mereka dan memperoleh doa kebaikan dari mereka. Apalagi orang-orang yang berusaha berhidmat dan menjadi murid yangsenantiasa menerima dan melaksanakan nasehat-nasehat mereka. Padahal, dengan memandang wajah mereka saja, rahmat dan keberkahan akan didapatkan.”Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mempunyai hamba-hamba, barang siapa memandang salah satu diantara mereka, maka niscaya ia beruntung dan takkan celaka selamanya.” Sedangkan Syeikh Abubakar bin Salim pernah berkata, ”Demikian jika kita memandang salah satu diantara hamba-hamba pilihan Allah tersebut. Adapun pandangan mereka kepada kita, maka itu akan menyampaikan kita kepada derajat yang sangat mulia di sisi-Nya.” Walhasil, dengan mendekati ulama, hidup akan menjadi penuh berkah.AI-Imam Al-Habib Abdullah bin Alwi Alhaddad ra shohibur rotib pernah melukiskan bagaimana kecintaan dan keterkaitannya beliaudengan para pendahulunya, dengan melantunkan suatu bait syair,“Itulah kaum-kaum (para salafunas sholihun) yang mereka itu adalah keinginanku dan tempatku berharap di antara sekian banyak hamba AllahKecintaanku kepada mereka sungguh telah terbenam di hatiku (merekalah) orang yang berpengetahuan, berhati bersih, dan berakhlak mulia”Al-Habib Ali bin Isa bin Abdul QodirAlhaddad mensyarah syair diatas :Lihatlah kepada anjing Ashabul Kahfi yang telah disebutkan di Al-Qur’an bersama Ashabul Kahfi dan anjing tersebut masuk ke dalam surga bersama mereka. Begitu juga (lihatlah) kulit cover penutup Al-Qur’an ketika bersanding dengan Al-Qur’an maka kulit itu tidak boleh dipegang kecuali dalam keadaan suci. Begitulah cara untuk ingin selalu berdekatan dan berdampingan.Rasullullah SAW bersabda,“Perumpamaan duduk dengan orang yang sholeh adalah seperti penjual minyak wangi. Kamu bisa mendapat keuntungan dengan menjualnya atau (jika tidak) kamu akan mendapat bau yang harum dari minyak wangi tersebut.”Berkata As-Syeikh Fadhl ra,“Barangsiapa sholat bermakmumkepada orang yang diampuni, maka ia akan diampuni pula. Barangsiapa yang mewakilkan urusannya kepadaorang yang diampuni, maka ia akan diampuni pula. Barangsiapa duduk bersama sholihin, maka bertambah keinginannya untuk berbuat kebaikan.”Berkata Al-Habib Ahmad bin Zain Alhabsyi ra,“Kepahaman itu cahaya yang bersinar di dalam hati dan tidak akan mendapatkannya kecuali dengan cara duduk bersama orang-orang yang sholeh dan mempelajarikitab-kitab mereka.”Ketahuilah bahwa sesungguhnya kemanfaatan-kemanfataan itu akan dapat diperoleh dengan cara duduk bersama sholihin dan berakhlak yang baik kepada mereka lahir dan batin. Sesungguhnya paling pentingnya suatu hal itu adalah berakhlak yang baik.Kembalilah mengingat riwayat-riwayat hidup sholihin, keadaan-keadaan mereka dan perbuatan-perbuatan mereka. Coba bacalah kitab-kitab mereka, perkataan-perkataan mereka, syair-syair mereka, dan kisah-kisah mereka di dalam zuhudnya, di dalam waro’-nya, di dalam qona’ah-nya, di dalam kesendiriannya, di dalam ibadahnya, dan di dalam akhlaknya. Karena dengan mengingat mereka maka rahmat itu akan turun. Sebagaimana yang dikatakan,“Jika kamu tidak dapat bertemu lagidengan mereka (sholihin), maka kalam mereka masih dapat menghidupkan hati dan penglihatanini.”[Disarikan dari kitab Isyaratul Wajd Syarhu Ahibbatina bin Najd, karangan Al-Habib Ali bin Isa bin Abdul Qodir Alhaddad, hal. 7]4. Membaca karya-karya atau nasehat, mutiara hikmah dari shohibul haul.Sebagaimana setiap tahun, para penceramah biasanya akan berceramah, memberikan tausiyah-nasehat mengenai topik yang berkaitan ataupun memetik daripada kitab atau qashidah karya shohibul haul untuk disyarahkan/dijelaskan.Maka, mengenai membaca kitab mereka ini, Habib ‘ali bin Muhammad al-Habsyi pernah berkata: “Aku wasiatkan agar mengisi semua waktu dengan taat kepada Allah. Menyediakan waktu setiap hari untuk membaca kitab para salaf (ulama Ba’alawi terdahulu) …..” Semoga dengan membacakan sedikit dari sedutan kitab-kitab karangan shohibul haul, mudah-mudahan menjadi sebagai pendorong kepada kita untuk menekuni kitab-kitab karangan mereka yang berharga.Selain apa yang telah dijelaskan diatas, sungguh sangat banyak faedah keutamaan menghadiri majelis khaul. Semoga kita semua mendapatkan keberkatan dan kemuliaan yang dilimpahkan Allah SWT di dalam majelis haul tersebut,dengan sebab kecintaan-Nya kepadashohibul haul, al-Imam Fakhrul Wujud Syeikh Abu Bakar bin Salim. Dan untuk sebgai perhatian, perkara yang utama yang perlu dijaga adalah NIAT kita dan ADAB kita tatkala menghadiri majelis seperti ini. والله أعلم
Tidak ada komentar:
Posting Komentar