Senin, 04 Desember 2017

T3NTANG ALLAH

Allah berfirman di dalam
hadis qudsi,
ﺃَﻧَﺎ ﻋِﻨْﺪَ ﻇَﻦِّ ﻋَﺒْﺪِﻱْ ﺑِﻲ، ﻭَﺃﻧَﺎ ﻣَﻌَﻪُ
ﺣِﻴْﻦَ ﻳَﺬْﻛُﺮُﻧِﻲ، ﻓَﺈِﻥْ ﺫَﻛَﺮَﻧِﻲ ﻓِﻰ
ﻧَﻔْﺴِﻪِ ﺫَﻛَﺮْﺗُﻪُ ﻓِﻰ ﻧَﻔْﺴِﻲْ، ﻭَﺇِﻥْ
ﺫَﻛَﺮَﻧِﻲ ﻓِﻰ ﻣَﻠَﺈٍ ﺫَﻛَﺮْﺗُﻪُ ﻓِﻰ ﻣَﻺٍ
ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻨْﻪُ، ﻭَﺇﻥْ ﺍﻗْﺘَﺮَﺏَ ﺇﻟﻲّ ﺷِﺒْﺮًﺍ
ﺗَﻘﺮّﺑْﺖُ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺫِﺭَﺍﻋًﺎ، ﻭَﺇِﻥْ ﺍﻗﺘَﺮَﺏَ ﺇﻟﻲّ
ﺫِﺭَﺍﻋًﺎ ﺍﻗْﺘَﺮَﺑْﺖُ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺑَﺎﻋًﺎ، ﻭَﺇﻥْ ﺃﺗَﺎﻧِﻰ
ﻳَﻤْﺸِﻰ ﺃﺗَﻴْﺘُﻪُ ﻫَﺮْﻭَﻟَﺔ .
Aku sesuai dengan prasangka
hamba-Ku. Aku bersamanya
ketika ia mengingat-Ku.
Apabila ia mengingat-Ku di
dalam dirinya, maka Aku akan
mengingatnya di dalam diri-
Ku. Dan apaila ia mengingat-
Ku (menyebut nama-Ku)
dalam suatu perkumpulan
manusia, maka Aku akan
menyebut namanya di dalam
suatu perkumpulan yang
lebih baik dari
perkumpulannya (baca:
perkumpulan malaikat).
Apabila ia mendekatkan
dirinya kepada-Ku sejengkal,
maka Aku akan mendekat
kepadanya se-hasta, dan
apabila ia mendekat kepada-
Ku se-hasta maka Aku akan
mendekat kepadanya se-depa.
Dan apabila ia mendatangi-Ku
dengan berjalan maka Aku
akan mendatanginya dengan
berlari-lari kecil. (HR.
Bukhari, Ahmad, Tirmidzi).
Allah SWT ingin
mengingatkan kepada kita
bahwa kunci itu berada di
tangan kita. Apabila kita
memulai diri kita dengan
ketaatan, maka Allah akan
memberikan anugerah dan
karunia-Nya tanpa batas.
Apabila kita mendekat kepada
Allah maka Allah akan lebih
mendekat kepada kita. Dan
apabila kita menjauh dari
Allah maka Ia akan
memanggil kita.
Allah SWT ingin agar kita
mengerti bahwa Ia telah
meletakkan kunci surga di
tangan kita. Di setiap tangan
kita ada penunjuk jalan yang
akan mengantarkan kita ke
surga atau ke neraka. Oleh
karena itu apabila engkau
memenuhi janji Allah maka Ia
akan memenuhi janji-Nya.
Jika engkau mengingat Allah
maka Allah akan
mengingatmu. Jika engkau
menolong Allah maka Allah
akan menolongmu.
Allah berfirman,
ﻭَﺃَﻭْﻓُﻮﺍ ﺑِﻌَﻬْﺪِﻱ ﺃُﻭﻑِ ﺑِﻌَﻬْﺪِﻛُﻢْ
ﻭَﺇِﻳَّﺎﻱَ ﻓَﺎﺭْﻫَﺒُﻮﻥِ
Dan penuhilah janji kalian
kepada-Ku, niscaya Aku akan
penuhi janji-Ku kepada
kalian; dan hanya kepada-Ku-
lah kamu harus takut
(tunduk) . (QS. Al-Baqarah [2]:
40).
Allah berfirman,
ﻓَﺎﺫْﻛُﺮُﻭﻧِﻲ ﺃَﺫْﻛُﺮْﻛُﻢْ ﻭَﺍﺷْﻜُﺮُﻭﺍ ﻟِﻲ
ﻭَﻻ ﺗَﻜْﻔُﺮُﻭﻥِ
Ingatlah kamu kepada-Ku
niscaya Aku ingat (pula)
kepadamu. (QS. Al-Baqarah
[2]: 152).
Allah berfirman,
ﺇِﻥْ ﺗَﻨْﺼُﺮُﻭﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻳَﻨْﺼُﺮْﻛُﻢْ ﻭَﻳُﺜَﺒِّﺖْ
ﺃَﻗْﺪَﺍﻣَﻜُﻢْ
Jika kamu menolong (agama)
Allah, niscaya Dia akan
menolongmu dan
meneguhkan kedudukanmu.
(QS. Muhammad [47]: 7).
Jadi hanya dengan modal
iman, Allah akan
mengencangkan tali
kendalimu. Apabila engkau
mengharapkan agar Allah
mendekat kepadamu se-hasta
maka mendekatlah kepada-
Nya se-jengkal. Tali kendali
itu ada di tanganmu sendiri.
Apabila engkau ingin agar
Allah mendekat kepadamu se-
depa maka mendekatlah
kepada Allah se-hasta. Dan
apabila engkau menginginkan
agar Allah mendekatmu
dengan berlari maka
mendekatlah kepada-Nya
dengan berjalan. Jadi, seolah-
olah Allah berkata kepada
kita, ‘kalian beristirahlah Aku
yang akan mendatangimu’.
Allah telah meminta
kepadamu agar engkau hadir
di hadapan-Nya lima kali
dalam sehari. Tetapi apakah
Allah akan menolakmu jika
engkau ingin hadir di
hadapan-Nya kapan saja?
tentu tidak, justru Allah akan
membuka pintu-Nya lebar-
lebar. Kapan saja engkau
boleh berdiri dihadapan-Nya.
Dan sesungguhnya Allah itu
tidak membosankan bagi
hamba-hamba-Nya.
Di dalam adatmu, jika engkau
ingin menjumpai salah
seorang pejabat negara
misalnya, maka engkau harus
terlebih dahulu meminta
janji untuk bisa bertemu. Dan
adakalanya permintaannya
ditolak dan adakalanya
diterima. Jika permintaan
janjinya diterima maka ia
akan menentukan waktu dan
tempatnya, dan terkadang
pejabat itu akan menanyakan
terlebih dahulu alasan apa
yang melatar belakangi
keinginanmu untuk bertemu.
Adapun Allah SWT -dan Dia
memiliki permisalan yang
agung yang ada di langit dan
di bumi- akan membuka
pintu-Nya lebar-lebar di
hadapan hamba-hamba-Nya
yang beriman agar mereka
dapat bertemu dengan-Nya
kapan dan dimana saja. Jadi,
siapakah yang menentukan
waktu pertemuannya dengan
Allah?!, tentu si mukmin itu
sendiri. Allah SWT hanya
menetukan lima waktu itu
saja, adapun waktu
selebihnya sepenuhnya ada
di tanganmu. Engkau dapat
memanfaatkan waktu-waktu
sisa itu untuk berdiri
dihadapan Allah SWT.
Jadi seolah-olah Allah berkata
kepadamu, ‘ beristrirahatlah
engkau karena Akulah yang
akan berjalan kepadamu,
karena dengan berlari
kepada-Ku mungkin engkau
akan lelah, tetapi Aku tidak
akan lelah ’. Seolah-olah Allah
tidak meminta apapun dari
hamba-Nya selain hanya
perasaan ingin bertemu
dengan tuhannya. Oleh
karena itu masalahnya ada di
tanganmu, ada di dalam
keimananmu kepada Allah,
dan di dalam keinginanmu
untuk selalu mengadakan
hubungan dengan Allah.
Allah berfirman,
ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﻣَﻦْ ﻳَﺮْﺗَﺪَّ ﻣِﻨْﻜُﻢْ
ﻋَﻦْ ﺩِﻳﻨِﻪِ ﻓَﺴَﻮْﻑَ ﻳَﺄْﺗِﻲ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑِﻘَﻮْﻡٍ
ﻳُﺤِﺒُّﻬُﻢْ ﻭَﻳُﺤِﺒُّﻮﻧَﻪُ
Hai orang-orang yang
beriman, barangsiapa di
antara kamu yang murtad
dari agamanya, Maka kelak
Allah akan mendatangkan
suatu kaum yang Allah
mencintai mereka dan
merekapun mencintai-Nya.
(QS. Al-Maidah [5]: 54).
Ketika orang-orang yang
beriman itu mencintai Allah
maka Allah akan mencintai
mereka dengan cinta yang
lebih, dan mereka akan
membalas cinta Alah itu
dengan cinta yang berlebih
pula dan Allah akan
membalas cinta ini dengan
cinta yang lebih besar lagi
dan begitu seterusnya sampai
mereka merasakan nilai cinta
yang sebenarnya. Dan cinta
Allah tidak terbatas.
Setelah membaca ayat di atas
kita mendapati bahwa cinta
Allah disebutkan terlebih
dahulu dari pada cintanya
orang-orang yang beriman
kepada Allah, yaitu di dalam
ayat
ﻓَﺴَﻮْﻑَ ﻳَﺄْﺗِﻲ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑِﻘَﻮْﻡٍ ﻳُﺤِﺒُّﻬُﻢْ
ﻭَﻳُﺤِﺒُّﻮﻧَﻪُ
Hal itu karena Allah telah
mengetahui sebelumnya
bahwa mereka akan berjalan
menuju Allah, maka Allah
mencintai mereka. Oleh
karena itu ketika mereka
telah di datangkan, mereka
melakukan perbuatan-
perbuatan yang akan
menjadikan mereka dicintai
oleh Allah.
Pada saat engkau membaca
Al-Qur’an engkau akan
mendapatkan pengetahuan
bahwa Allah mencintai
beberapa golongan dari
makhluk-Nya karena mereka
melakukan perbuatan-
perbuatan yang menjadikan
mereka dicintai oleh-Nya.
Allah berfirman,
ﻭَﺃَﺣْﺴِﻨُﻮﺍ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻳُﺤِﺐُّ ﺍﻟْﻤُﺤْﺴِﻨِﻴﻦَ
Dan berbuat baiklah, karena
sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berbuat
baik. (QS. Al-Baqarah [2]:
195).
Allah berfirman,
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻳُﺤِﺐُّ ﺍﻟﺘَّﻮَّﺍﺑِﻴﻦَ ﻭَﻳُﺤِﺐُّ
ﺍﻟْﻤُﺘَﻄَﻬِّﺮِﻳﻦَ
Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertaubat
dan menyukai orang-orang
yang mensucikan diri. (QS. Al-
Baqarah [2]: 222).
Allah berfirman,
ﻓَﺈِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻳُﺤِﺐُّ ﺍﻟْﻤُﺘَّﻘِﻴﻦَ
Maka sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang
bertakwa . (QS. Aali Imran [3]:
76).
Allah berfirman,
ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﻳُﺤِﺐُّ ﺍﻟﺼَّﺎﺑِﺮِﻳﻦَ
Allah menyukai orang-orang
yang sabar. (QS. Aali Imran
[3]: 146).
Allah berfirman,
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻳُﺤِﺐُّ ﺍﻟْﻤُﻘْﺴِﻄِﻴﻦَ
Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang adil. (QS.
Al-Maaidah [5]: 42).
Mereka semua adalah orang-
orang yang berhak
mendapatkan cinta dan
rahmat Allah Swt. Oleh
karena itu Allah berfirman,
ﺇِﻥَّ ﺭَﺣْﻤَﺔَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻗَﺮِﻳﺐٌ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤُﺤْﺴِﻨِﻴﻦَ
Sesungguhnya rahmat Allah
amat dekat dengan orang-
orang yang berbuat baik . (QS.
Al-A’raf [7]: 56).
Yang menetukan kedekatan
seseorang dengan rahmat
Allah itu adalah orang itu
sendiri. Apabila ia berbuat
baik maka rahmat-Nya akan
dekat dengannya. Tali kendali
sepenuhnya ada di
tangannya. Apabila engkau
ingin agar rahmat Allah dekat
denganmu maka jadilah
orang baik.
Inilah anugerah dan kebaikan
Allah SWT Ia hendak
memberikan karunia-Nya
dengan syarat kita harus
menjadi orang yang siap
menerimanya, karena Allah
hendak memberikan
kenikmatan-Nya yang besar
kepadamu. Bacalah firman
Allah,
ﻟَﺌِﻦْ ﺷَﻜَﺮْﺗُﻢْ ﻷﺯِﻳﺪَﻧَّﻜُﻢْ
Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat)
kepadamu. (QS. Ibraahiim
[14]: 7)
Bersyukur berasal dari hamba
untuk tuhannya, sedangkan
tambahan nikmat datang dari
Allah kepada hamba-Nya.
Manusia ketika menghadapi
segala persoalan dengan
metode yang telah diajarkan
Allah maka Ia Maha Asy-
Syakuur (maha berterima
kasih), karena Allah telah
meridhai hamba yang
berjalan di atas metode dan
jalan-Nya. Dan ketika Allah
telah meridhai seseorang
maka Ia akan memberikan
tambahan kenikmatan yanng
besar.
Allah berfirman,
ﻟِﻠَّﺬِﻳﻦَ ﺃَﺣْﺴَﻨُﻮﺍ ﺍﻟْﺤُﺴْﻨَﻰ ﻭَﺯِﻳَﺎﺩَﺓٌ ﻭَﻻ
ﻳَﺮْﻫَﻖُ ﻭُﺟُﻮﻫَﻬُﻢْ ﻗَﺘَﺮٌ ﻭَﻻ ﺫِﻟَّﺔٌ
ﺃُﻭﻟَﺌِﻚَ ﺃَﺻْﺤَﺎﺏُ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﻫُﻢْ ﻓِﻴﻬَﺎ
ﺧَﺎﻟِﺪُﻭﻥَ
Bagi orang-orang yang
berbuat baik, ada pahala
yang terbaik (surga) dan
tambahannya. dan muka
mereka tidak ditutupi debu
hitam dan tidak (pula)
kehinaan. mereka Itulah
penghuni syurga, mereka
kekal di dalamnya. (QS.
Yuunus [10] : 26).
Lafazh ﺍﻟﺤُﺴْﻨَﻰ pada ayat di
atas bermakna surga. Adapun
lafazhﺍﻟﺰّﻳَﺎﺩَﺓ sebagian ahli
tafsir mengatakan bahwa
maknanya adalah melihat
Allah. Cinta Allah kepada
hamba-hamba-Nya adalah
terus-menerusnya limpahan
anugerah dan rahmat-Nya
kepada mereka. Ini di dunia,
adapun di akherat Allah akan
menjumpai mereka sehingga
mereka akan melihat-Nya
dengan mata kepala.
Dan lafazh Az-Ziyadah
(tambahan nikmat) yang
dimaksud dengan ayat di atas
adalah tambahan nikmat
yang sesuai dengan sifat
Allah Swt.
Allah berfirman,
ﺇِﻥْ ﺗَﺠْﺘَﻨِﺒُﻮﺍ ﻛَﺒَﺎﺋِﺮَ ﻣَﺎ ﺗُﻨْﻬَﻮْﻥَ ﻋَﻨْﻪُ
ﻧُﻜَﻔِّﺮْ ﻋَﻨْﻜُﻢْ ﺳَﻴِّﺌَﺎﺗِﻜُﻢْ ﻭَﻧُﺪْﺧِﻠْﻜُﻢْ
ﻣُﺪْﺧَﻼ ﻛَﺮِﻳﻤًﺎ
Jika kamu menjauhi dosa-
dosa besar di antara dosa-
dosa yang dilarang kamu
mengerjakannya, niscaya Kami
hapus kesalahan-kesalahanmu
(dosa-dosamu yang kecil) dan
Kami masukkan kamu ke
tempat yang mulia (surga).
(QS. An-Nisaa’ [4]: 31).
Ketika engkau berusaha
menjauhi dosa-dosa besar
maka Allah tidak hanya
menghindarkanmu dari
siksaan, tetapi Ia juga akan
memasukkanmu kedalam
tempat yang mulia. Dan
tempat yang mulia itu harus
sesuai dengan siapa yang
memasukkanmu ke dalamnya
(baca: Allah). Apa itu tempat
yang mulia yang diberikan
kepada hamba-Nya dan
bagaimana bentuknya?!.
Rasulullah SAW bersabda,
ﺇﺫَﺍ ﺩَﺧَﻞَ ﺃَﻫْﻞُ ﺍﻟﺠَﻨّﺔِ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﻳَﻘُﻮْﻝُ
ﺍﻟﻠﻪُ ﺗﺒَﺎﺭَﻙَ ﻭﺗﻌَﺎﻟَﻰ: ﺗُﺮﻳﺪُﻭْﻥَ ﺷَﻴﺌًﺎ
:َﻥْﻮُﻟْﻮُﻘﻴﻓ ،؟ْﻢُﻛُﺪْﻳﺯﺃ ﺃﻟﻢْ ﺗُﺒَﻴِّﺾْ
ﻭُﺟُﻮْﻫَﻨَﺎ؟ ﺃﻟَﻢْ ﺗُﺪْﺧِﻠْﻨَﺎَ ﺍﻟْﺠَﻨّﺔَ ﻭﺗُﻨْﺠِﻴْﻨَﺎ
ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ؟ ﻗَﺎﻝَ: ﻓَﻴُﻜْﺸَﻒُ ﺍﻟْﺤِﺠَﺎﺏُ،
ﻓَﻤَﺎ ﺃﻋْﻄُﻮْﺍ ﺷﻴﺌًﺎ ﺃﺣَﺐَّ ﺇِﻟَﻴْﻬِﻢْ ﻣِﻦَ
ﺍﻟﻨَّﻈَﺮِ ﺇِﻟَﻰ ﺭَﺑِّﻬِﻢْ ﻋَﺰَّ ﻭَﺟَﻞَّ
Apabila penduduk surga telah
masuk ke dalam surga, Allah
Swt. berkata kepada mereka,
‘apa lagi yang kalian minta
maka akan Aku kabulkan?’,
mereka menjawab, ‘bukankah
Engkau telah memutihkan
wajah-wajah kami,
menyelamatkan kami dari api
neraka dan memasukkan kami
ke dalam surga?’. Nabi
berkata, “maka terbukalah
hijab dan mereka baru
merasakan bahwa semua
nikmat yang mereka rasakan
itu tidak ada yang melebihi
nikmatnya memandang wajah
Allah Swt.” . (HR. Muslim,
Ahmad, Tirmidzi).
Sebagian ulama mengatakan
bahwa firman Allah,
ﻓَﻴَﻐْﻔِﺮُ ﻟِﻤَﻦْ ﻳَﺸَﺎﺀُ ﻭَﻳُﻌَﺬِّﺏُ ﻣَﻦْ ﻳَﺸَﺎﺀُ
Maka Allah mengampuni
siapa yang dikehandaki-Nya
dan menyiksa siapa yang
dikehendaki-Nya . (QS. Al-
Baqarah [2]: 284).
Allah SWT menjadikan
ampunan-Nya bergantung
kepada hamba-Nya. Apabila
engkau ingin agar Allah
mengampuni dosa-dosamu
maka perbanyaklah kebaikan-
kebaikanmu sampai Allah
menghapus kejelekan-
kejelekanmu dengan kebaikan
itu. Dan apabila engkau ingin
agar Allah menyiksamu -tentu
hal ini tidak diinginkan oleh
seorangpun-maka engkau
jangan melakukan kebaikan.
Hal ini membuka pemahaman
kita bahwa ketika Allah
meminta kita untuk beriman,
Ia juga menyerahkan tali
kendali sepenuhnya kepada
kita. Jadi, dengan hanya
beriman kepada Allah maka
kita telah menerima dari-Nya
hak dan kebebasan untuk
memilih -yang baik atau
buruk-.
Dan inilah salah satu bentuk
kelembutan Allah kepada
hamba-hamba-Nya. Ketika
engkau memanggil-Nya maka
Ia akan menjawab, ketika
engkau menjadikan-Nya
sebagai tujuan Ia akan
melindungimu, ketika engkau
mencintai-Nya Ia akan
mencintai-Mu, ketika engkau
mentaati-Nya Ia akan
mencukupi segala
kebutuhanmu, ketika engkau
memberikan sedekah dengan
harta-Nya maka Ia akan
membersihkan jiwamu dan
mengampuni dosa-dosamu,
ketika engkau berpaling dari-
Nya Ia akan memanggilmu,
dan ketika engkau mendekati-
Nya Ia akan memberikan
hidayah-Nya kepadamu.
#Maksud lafazh ‘ Adz-Dzhikr’
Tidak adanya penjelasan
lebih lanjut yang
menerangkan maksud lafazh
dzikr di dalam hadis qudsi di
atas, menjadikan adanya
perselisihan pendapat di
kalangan para ulama. Imam
Malik berpendapat, ‘ apabila
engkau menyembelih hewan
yang dihalalkan Allah tetapi
engkau tidak mengingat /
mengucapkan nama Allah -
baik disengaja maupun lupa-
maka engkau tidak boleh
memakannya’. Adapun imam
Abu Hanifah berpendapat,
‘jika engkau tidak
mengatakan bismillah karena
lupa maka makanlah, tetapi
jika engkau sengaja tidak
mengucapkan bismillah
engkau tidak boleh
memakannya’.
Adapun imam Syafi’i
berpendapat, ‘selama yang
menyembelih hewan itu
seorang mukmin, baik ia
mengucapkan bismillah atau
tidak, baik karena lupa atau
disengaja maka makanlah
sembelihannya karena iman
orang itu menjadi dzikirnya
kepada Allah ’.
Syeikh Mutawalli As-Sya’rawi,
Al-Ahaadiits Al-Qudsiyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar