Selasa, 05 Desember 2017

CIRI CIRI ISTIDRAJ

Apakah Ciri Ciri Istidraj?
Istidraj bisa terjadi pada hal apa
saja. Semua kenikmatan dan apa apa
yang disenangi oleh manusia bisa
menjadi istidraj. Jadi kapankah
sesuatu itu bisa menjadi  istidraj?
Bagaimanakah kita membedakan
bahwa kesenangan dan kenikmatan
yang kita dapat itu adalah karunia
Allah, ujian atau kah istidraj?
1. Jika ia adalah orang kafir, maka
semua kelimpahan harta,
kesenangan dan kenikmatan
duniawi adalah semata kemurahan
Allah karena dunia ini remeh di sisi
Allah. Jika ia terus dalam
kekafirannnya maka itu adalah
istidraj.
Dan janganlah sekali-kali orang kafir
mengira bahwa pemberian tangguh
Kami kepada mereka adalah lebih
baik bagi mereka melainkan supaya
bertambah tambah dosa mereka
(Q.S. Ali Imran [3]:178)
Sayid Qutb menjelaskan ayat di atas
berkata : “itu hanyalah fitnah dan
itu hanyalah tipu daya yang kuat
dan istidraj yang jauh” (Fhizilalil
Qur’an Jilid 2 Hal 532) Maka harta,
kekuasaan, kenikmatan duniawi itu
bagi orang kafir sudah pasti adalah
istidraj.
Namun jika ia merenungkan
kebesaran Allah dan mendapat
hidayah masuk Islam maka hal itu
bukanlah istidraj. Hal ini tidak bisa
terjadi kecuali memang ada
kejernihan hati, kebersihan jiwa dan
keunggulan akal dari orang itu,
minimal orang itu peduli dengan
benar atau tidaknya keyakinannya
selama ini. Contoh nya adalah Raja
Negus (Najsyi) dari Ethiopia
(Habasyah) yang waktu itu beragama
Nasrani dan dia masuk Islam ketika
dibacakan Q.S. Maryam oleh Dja’far
bin Abi Thalib r.a. Atau Sir Lauder
Brunton dan Archibakd hamilton,
yang walaupun mereka seorang
bangsawan terkemuka Inggris namun
nuraninya terusik dengan
kejanggalan keyakinan yang
dianutnya selama ini, dan berusaha
mencari kebenaran.
2. Jika ia adalah orang muslim,
maka  kesenangan, keinginan, dan
kenimatan duniawi adalah karunia
sekaligus ujian. Sebagaimana
dijelaskan sebelumnya bahwa
kenikmatan itu juga ujian.
Kami akan menguji kamu dengan
keburukan dan kebaikan sebagai
cobaan (yang sebenar-benarnya).
Dan hanya kepada Kamilah kamu
dikembalikan (Q.S. Al-Anbiya[21] :
35)
Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan
anak-anakmu itu hanyalah sebagai
cobaan dan sesungguhnya di sisi
Allah-lah pahala yang besar. (Q.S.
Al-Anfaal [8] : 28)
Jika ia lolos dari ujian ini, yaitu ia
memanfaatkan harta sebaik-baiknya,
dan menjadikan dunia sebagai
sarana untuk mencapai akhirat,
maka harta itu menjadi keberkahan
dan karunia baginya.
Janganlah kalian mencaci-maki
dunia. Dia adalah sebaik-baik
kendaraan. Dengannya orang dapat
meraih kebaikan dan dapat selamat
dari kejahatan . (H.R. Ad-Dailami)
3. Namun jika seorang muslim itu
tidak kuat jiwanya dan kemudian
menjadi lupa diri, tidak bersyukur,
dan gara2 kesenangan dan
kenikmatan itu kemudian
menjauhkan dirinya dari Allah, maka
ada dua kemungkinan. Harta itu
menjadi musibah bagi dirinya dan
kemudian Allah menarik kenikmatan
itu agar ia kembali ke jalan yang
benar. Itu berarti Allah masih
sayang pada dirinya dan berarti
Allah menghendaki kebaikan bagi
dirinya.
4. Kemungkinan kedua, jika Harta itu
menjadi musibah bagi dirinya
namun Allah justru semakin
melimpahinya dengan berbagai
kesenangan, kemudahan, segala
keinginannya terkabul dan segala
kenikmatan mampu diraihnya maka
itu adalah istidraj.
Rasulallah s.a.w bersabda: “ Apabila
kamu melihat Allah memberikan
kepada seorang hambaNya di dunia
ini apa yang hamba itu suka atau
inginkan, sedangkan hambaNya itu
selalu berbuat kemaksiatan, maka
itulah ISTIDRAJ “. Kemudian
Rasulullah s.a.w pun membaca
surah (Q.S. Al-An’am: 44- 45)
5. Sedangkan jika ia lupa diri, tidak
bersyukur, dan menyalahgunakan
hartanya itu di jalan yang tidak
dirihodi Allah, bahkan menjadi
berkubang kemaksiatan dengan
harta itu, sementara Allah tak juga
menarik kenimatan itu bahkan
sebaliknya semakin bertambah-
tambah dibukakan dunia oleh Allah
maka sudah bisa dipastikan itu
adalah situasi istidraj.
Ali bin Abi Thalib r.a. berkata :
“Jagalah agar engkau tidak tertipu
oleh kaum pemuja dunia yaitu
mereka yang merasa aman dan
tenteram dengan kehidupannya.
Kemudian mereka terlunta lunta
tersesat dalam hutan rimbanya dan
terbenam dalam kenikmatannya” .
(Mutiara Nahjul Balaghoh Hal 58)
6. Namun terkadang Allah
memberikan peringatan bukan
dengan ditariknya kenikmatan itu
melainkan didatangkanlah
peringatan berupa orang shaleh
yang menasehati, atau peristiwa di
sekeliling yang bilah direnungkan
bisa diambil hikmahnya. Namun jika
ia tak kunjung mengerti k dengan
peringatan Allah itu dan tak kunjung
bertaubat, maka harta dan
kenikmatan yang tetap tak berkurang
bahkan semakin bertambah itu jelas
merupakan istidraj.
Maka dapat kita simpulkan bahwa
situasi istidraj itu memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
1. Keimamanan dan ibadah semakin
menurun namun kesenangan makin
melimpah
Apabila kamu menyaksikan
pemberian Allah dari materi dunia
atas perbuatan dosa menurut
kehendakNya, maka sesungguhnya
itu adalah uluran waktu dan
penangguhan tempo belaka.
Kemudian Rasulullah Saw membaca
firman Allah Swt dalam surat Al
An’am ayat 44 : “Maka tatkala
mereka melupakan peringatan yang
telah diberikan kepada mereka, Kami
pun membukakan semua pintu-pintu
kesenangan untuk mereka, sehingga
apabila mereka bergembira dengan
apa yang telah diberikan kepada
mereka, Kami siksa mereka dengan
sekonyong-konyong, maka ketika itu,
mereka terdiam berputus asa.” (HR.
Ahmad dan Ath-Thabrani)
Ibnu Athaillah berkata : “Hendaklah
engkau takut jika selalu mendapat
karunia Allah, sementara engkau
tetap dalam perbuatan maksiat
kepada-Nya, jangan sampai karunia
itu semata-mata istidraj oleh Allah”
2. Terus Melakukan Kemaksiatan
Namun Kesuksesan Justru Semakin
Melimpah
Ali Bin Abi Thalib r.a. berkata : “Hai
anak Adam ingat dan waspadalah
bila kau lihat Tuhanmu terus
menerus melimpahkan nikmat atas
dirimu sementara engkau terus-
menerus melakukan maksiat
kepadaNya ” (Mutiara Nahjul
Balaghoh Hal 121)
3. Semakin Kikir Justru Harta
Semakin Melimpah
Kecelakaanlah bagi setiap
pengumpat lagi pencela yang
mengumpulkan harta dan
menghitung-hitung (harta) lalu dia
mengira bahwa hartanya itu dapat
mengkekalkannya (Q.S. Al-Humazah
[104] : 1-3)
Ayat di atas bercerita orang yang
kikir dan menghitung-hitung
hartanya. Ia mengira harta yang
ditumpukkannya itu akan
mengokohkan posisi dan
kekuasaannya di muka bumi. Maka
Allah akan menjadikan hal itu
istidraj dengan sengaja makin kikir
makin bertambah harta kekayaannya.
Sehingga orang itu semakin yakin
bahwa sifat kikirnya itulah yang
menyebabkan dirinya kaya
4. Jarang Pernah Sakit
Imam Syafi’I pernah mengatakan :
setiap orang pasti pernah
mengalami sakit suatu ketika dalam
hidupnya, jika engkau tidak pernah
sakit maka tengoklah ke belakang
mungkin ada yang salah dengan
dirimu.
Artinya bisa jadi orang yang tidak
pernah sakit itu memuja jin atau
menganut suatu ilmu kesaktian
tertentu yang itu adalah syirik dan
persekutuan dengan setan. Kalaupun
bukan karena itu, jelas ada sesuatu
yang salah atau sesuatu yang
menyimpang dalam diri kita.
5. Semakin Sombong Namun
Harta Semakin Melimpah
Orang yang mengalami istidraj
cirinya semakiin ia sombong maka
semakin kaya dan terbuka dunia bagi
dirinya
Rasululah s.a.w. bersabda : “Di
antara tanda-tanda kesengsaraan
adalah mata yang beku, hati yang
kejam, dan terlalu memburu
kesenangan dunia serta orang yang
terus-menerus melakukan perbuatan
dosa” . (HR. Al Hakim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar